Senin, 23 Maret 2009

PROPOSAL PENELITIAN KUANTI



PENGARUH PENGETAHUAN AKHLAK SISWA TERHADAP AKHLAK SISWA DI SMPN 11 PADANGSIDIMPUAN





BAB I
PENDAHULUAN



A. Latar Belakang
Tujuan Pendidikan Nasional Bangsa Indonesia adalah untuk membentuk manusia yang bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, namun untuk membentuk manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa terlebih dahulu ia harus memiliki pengetahuan tentang agama, karena seseorang tidak bisa mengamalkan agama jika ia sendiri tidak mengetahui sedikitpun tentang agama yang dianutnya.
Berdasarkan kurikulum yang ditetapkan pemerintah bahwa batas/ forsi pengajaran agama Islam di sekolah umum itu hanya diberikan dua jam pelajaran setiap minggunya, jika ditelaah lebih lanjut tentang alokasi yang diberikan kepada siswa SMPN 11 Padangsidimpuan dirasakan masih sangat kurang, sementara materi-materi pelajaran agama Islam itu sangat luas.
Salah satu dari pendidikan agama Islam itu ialah akhlak atau yang disebut juga dengan adab, perilaku, perbuatan, sikap dan sopan santun. Akhlak ialah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah bermacam-macam perbuatan, baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan. Jadi dari defenisi tersebut bahwa apabila seseorang tidak ada pengetahuan tentang akhlak maka akan membuat ia melakukan apa saja yang muncul dalam hatinya, sehingga banyak kita lihat orang yang melakukan perbuatan di luar agama atau hukum, baik ia perkataan, perbuatan, sikap atau tingkah laku yang tidak sesuai dengan agama.
Bahwa diketahui akhlak merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam kehidupan, sebagaimana yang termaktub dalam sebuah hadits Rasulullah saw :

Artinya : “ Sesungguhnya Aku diutus Allah kemuka bumi ini, untuk menyempurnakan akhlak”.
Dengan demikian untuk menyempurnakan akhlak, seseotang harus melatih diri dan membiasakannya dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang harus berlatih dan membiasakan diri berfikir dan berkehendak baik. Serta membeiasakan mewujudkan pemikirin dan kehendak baiknya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan cxara demikian seseorang akan meraih kesempurnaan akhlak. Sebab akhlak seseorang bukanlah tindakan yang direncanakan pada saat-saat tertentu saja, namun akhlak meruipakan kebutuhan kehendak kehendak dan perbuatan yang melekat pada diri seseorang.
Teteapi kenyataannya di SMPN 11 Padangsidimpuan bahwa akhlak siswa masih jauh dari harapan apa yang diinginkan dari tujuan pendidikan agama Islam itu sendiri, yaitu untuk membentuk akhlak siswa yang berakhlak dan bermoral. Hal ini dapat dinyatakan bahwa lembaga pendidikan SMPN 11 Padangsidimpuan sulit untuk mencapai tujuan pelajatan yang diinginkan, hal ini dapat dilihat bahwa siswa SMPN 11 Padangsidimpuan kelas VIII dan IX banyak akhlak siswa yang tidak sesuai dengan norma-norma agama seperti rendahnya pengetahuan akhlak siswa, merokok, dan cabut (bolos ketika jam pelajaran).
Berdasarkan permasalahan di atas, maka penulis berkeinginan untuk menelitinya dengan judul : “PENGARUH PENGETAHUAN AKHLAK SISWA TERHADAP AKHLAK SISWA DI SMPN 11 PADANGSIDIMPUAN”.

B. Identifikasi Masalah
Berdasatkan latat belakang masalah di atas, peneliti mengidentifikasi masalah sebgai berikut :
Rendahnya pengetahuan akhlak siswa
Kurangnya pengamalan siswa terhadap pengetahuan akhlak
banyak siswa yang ribut di kelas ketika Proses Belajar Mereka
kerangnya minat baca siswa terhadap pengetahuan akhlak
banyak siswa yang mengucapkan kata-kata yang tidak sopan
banyak siswa yang merokok
banyak siswa yang bolos yang ketika Proses Belajar Mengajar

C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, penelitian ini dibatasi mengakaji dua variabel, yaitu variabel pengetahuan akhlak (x) dan variabel akhlak siswa (y).

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
“Seberapa besarkah pengetahuan akhlak siswa terhadap pengamalan akhlak siswa di SMPN 11 Padangsidimpuan.

E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :
Minat bava siswa terhadap pengetahuan akhlak
Pengetahuan akhlak siswa terhadap pengamalan akhlak siswa di SMPN 11 Padangsidimpuan

F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini dharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis. Manfaat secara teoritis berupa pengembangan ilmu yang relevan dengan masalah penelitian ini. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat membuktikan dan memperkuat teori-teori yang telah banyak dikemukakan oleh para ahli, serta dapat memperkaya khasanah pengetahuan tentang kedua variabel yang diteliti.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat karena memberikan informasi tentang akhlak siswa serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Terutama sekali bagi SMPN 11 Padangsidimpuan, hasil penelitian akan dapat menjadi sumbangan yang berarti dan sebagai bahan masukan untuk menerapka kebijakan-kebijakan dalam rangka meningkatkan pengetahuan akhlak. Selain dari itu hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai masukan bagi peneliti-peneliti yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut dalam bidang yang sama. Secara lebih khusus diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan perrimbangan dan masukan yang berguna bagi kepala sekolah dan guru-guru di SMPN 11 Padangsidimpuan.




BAB II
LANDASAN TEORITIS

LANDASAN TEORITIS
1. Pengertian akhlak
Kata akhlak berasal dari bahasa arab yaitu kholaqo jama’nya akhlaqo yang artinya tingkah laku, perangai, tabiat, watak, moral atau budi pekerti.
Menurut istilah akhlak adalah :

Artinya : Daya kekuatan jiwa yang mendorong perbuatan-perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa dipikir dan direnungkan lagi.
Di dalam Da’iratul Ma’arif dikatakan :


“Akhlak ialah sifat-sifat manusia yang terdidik”.
Prof. Dr. Ahmad Amin mengatakan bahwa akhlak ialah kebiasaan kehendak (Kitan al-Akhlak hlm. 15)
Di dalam Ensiklopedi Pendidikan (1976) dikatakan bahwa akhlak ialah budi pekerti, watak, kesusilaan (kesadaran etik dan moral) yaitu kelakuan baik yang merupakan akibat dari sikap jiwa yang benar terhadap khaliqnya dan terhadap sesama manusia.
Di dalam al-Mu’jam al-Wasit disebutkan defenisi akhlak ialah :

“Akhlak ialah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirnya bermacam-macam perbuatan, baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan”.
Sedangkan Imam Ghazali mengemukakan dalam kitabnya Ihya Ulum Al-Din bahwa akhlak ialah :

“Al-Khulq ialah sifat tertanam dalam jiwa yamg menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbganan.
Jadi pada hakikatnya akhlak adalah suatu kondisi atau sifat yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian hingga dari situ timbullah berbagai macam perbuatan dengan spontan dan mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan pemikiran.
Apabila dari kondisi tadi timbul kelakuan yang baik dan terpuji menurut pandangan syari’at dan akal pikiran, maka ia dinamakan budi pekerti mulia dan sebaliknya apabila yang lahir/timbul kelakuan yang buruk, maka disebutlah budi pekerti yang tercela.

2. Pengertian Ilmu Akhlak
Di dalam kamus Al-Kautsar (Husin al-Habsyi), ilmu akhlak diartikan sebagai ilmu tatakrama. Jadi ilmu akhlak ialah ilmu yang berusaha untuk mengenal tingkah laku manusia kamudian memberi hukum/ nilai kepada perbuatan itu bahwa ia baik atau buruk sesuai dengan norma-norma akhlak dan tata susila.
Manurut Mahdi Yunus (Da’iratul Ma’arif ) yaitu :

“Ilmu akhlak ialah tentang keutamaan-keutamaan dan cara mengikutinya hingga terisi dengannya keburukan dan cara menyadarinya hingga jiwa kosong daripadanya.
Menurut Ibrahim Anis (al- Ma’jamul Wasith), yaitu :

“Ilmu akhlak ialah ilmu yang objek pembahsannya adalah tentang nilai-nilai yang berkaitan dengan perbuatan manusia yang dapat disifatkan dengan baik atau buruk.
Dr. H. Hamzah Ya’qub (1983) dalam bukunya Etika Islam mengemukakan pengertian ilmu akhlak mengatakan : adapun pengertian secara terminologi yang dikemukakan oleh ulama akhlak antara lain :
- Ilmu akhlak ialah yang menentukan batas-batas antara baik dan buruk, antara terpuji dan yang tercela, tentang perkataan atau perbuatan manusia lahir dan bathin.
- Ilmu akhlak ialah ilmu pengetahuan yang memberikan pengertian tentang baik dan buruk, ilmu yang mengajarkan pergaulan manusia dan menyatakan tujuan mereka yang terakhir dari seluruh usaha dan pekerjaan mereka, yang terakhir dari seluruh usaha dan pekerjaan mereka.

Di dalam The Encyclopedia Of Islam (1960) dirumuskan : is the science of virtues and the way how to acquire them, of vices and the way how to quard againts than (Ilmu akhlak ialah ilmu tentang kebaikan dan cara mengikutinya, tentang kejahatan dan cara untuk menghindarinya).
Dari pengertian di atas dapat dirumuskan bahwa ilmu akhlak ialah ilmu yang membahas perbuatan manusia dan mengajarkan perbuatan baik yang harus dikerjakan dan perbuatan jahat yang harus dihindari dalam pergaulan dengan Tuhannya, manusia dan makhluk (alam) sekelilingnya dalam kehidupannya sehari-hari sesuai dengan nilai-nilai moral.
3. Pembagian Akhlak
Secara garis besar akhlak itu dapat dikelompokkan kedalam dua bagian yaitu :
Akhlak kepada Allah
Akhlak kepada Allah berarrti mengikuti seluruh perintah yang telah disampaikan Allah SAW kepada Rasul-Nya Nabi Muhammad SAW. Seluruh perintah tersebut sudah tercatat dalam al-Qur’an dan hadits.
Akhlak kepada ciptaan Allah
Akhlak terhadap ciptaan Allah meliputi segala perilaku, sikap, perbuatan, adab dan sopan santun semua ciptaan Allah yang terdiri atas ciptaan Allah yang ghaib dan ciptaan Allah yang nyata, benda hidup dan benda mati.
Dalam diktat ira suryani (107) akhlak itu terbagi atas dua yaitu :
Akhlak Mahmudah
Akhlak mahmudah aalah tingkah laku yang terpuji yang merupakan benda kesempurnaan iman seseorang kepada Allah. Akhlak yang terpuji dilahirkan dari sifat-sifat yang terpuji. Adapun contoh dari aklak mahmudah yaitu :
cinta kepada Allah
Percaya kepada kitab-kitab Allah, rasul-rasul-Nya, hari kiamat dan takdir-Nya.
taat beribadah
senantiasa mengharapkan ridha Allah
amanah
mencintai rasulullah
patuh dan taat kepada rasul
syukur atas segala musibah dan cobaan Allah
tawadhu’ kepada Allah
jujur, menepati janji dan lain-lain.

Akhlak Madzmumah
Akhlak madzmumah adalah segala tingkah laku yang tercela atau perbuatan jahat, yang merusak iman seseorang dan menjatuhkan martabat. Adapun contoh akhlak madzmumah yaitu :
kufur
syirik
munafik
fasik
murtad
riya
sombong
berbohong
dengki
kikir, fitnah, boros dan dendam

4. Fungsi dan tujuan Akhlak
Secara garis besar fungsi dan tujuan akhlak bagi umat manusia adalah :
sebagai pengamalan syariat Islam
islam sebagai agama rahmatan lil’alamin telah memberikan tuntunan prilaku dan etika secara sempurna, sehingga dengan niat karena Allah SWT, pengamalan akhlak yang mulia itu insyaallah akan menjadi ibadah abgi umat Islam yang mengamalkannya.
Sebagai Idetitas
Akhlak diperuntukkan oleh Allah kepada manusia yang berakal budi karena dengan tuntunan akhlak yang mulia akan bisa membedakan antara manusia dngan hewan.
Pengatur tatanan sosial
Akhlak sebagai pengatur tatanan sosial berarti dengan pergaulan akhlak yang sudah dicontohkan oleh rasulullah saw mengukuhka bahwa manusia sebagai makhluk sosial tidak akan pernah bisa dan lepas dari pengaruh lingkungannya. Dengan akhlak ini tatanan sosial yang terbentuk semakin memberikan makna nilai-nilai yang tidak saling merugikan.
rahmat bagi seluruh alam
akhlak sebagai rahmat seluruh alam berarti akhlak yang diperuntuk bagi manusia tidak hanya mengatur tatanan hubungan manusia dengan manusia lainnya tetapi juga hubungan antara manusia dengan makhluk-makhluk lain sehingga dan alam sekitarnya.





perlindungan diri dan hak azazi manusia (HAM)
berati dengan menjalin hubungan yang baik berdasarkan hukum dan syariat agama akan terbentuk hubungan yang saling menghargai dan saling menguntungkan. (http://muzfikri.googlepages.com/EII.html).

5. beberapa istilah akhlak
Dalam pembahasan akhlak atau ilmu akhlak ada beberapa istilah yang sering digubnakan ubntuk emngatakan akhlak atau ilmu akhlak, yaitu :
a. etika
etika berasala dari bahasa Yunani “Ethos” yang berati adat kebiasaan, di dalam ensiklopedi penidiakan diterangkan bahwa etika adalah filsafat tentang nilai, kesusilaan tentang baik dan buruk. Sedangkan di dalam new masters pictorial encyclopedia di katakan : elchis is the science of moral philosophy concerned not with fact, but with values, not with the character of, but the ideal of human conduct. (etika ialah ilmu tentang filsafat moral, tidak mengenai fakta, tetapi tentang nilai-nilai tidak mengenai sifat tindakan manusia, tetapi tentang idenya.
Di dalam dictioary of education (1973) : ethics, the study of human behaviour not only to find the trurh of things as they are but also to enquire into the worth or googness of human action (etika ialah ilmu tentang tingkah laku manusia, tidak hanya menentukan kebenarannya sebagaimana adanaya, tetapi juga menyelidiki manfaat atau kebaikan dari seluruh tingkah laku menusia).
Dari beberapa pengertian dia tas dpat disimpulkan bahwa “etika ialah ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal perbutan manusia sejauh yang dapt diketahui oleh akal pikiran.
b. Moral.
Menurut kamus ilmu bahasa indonesia (Nururddin, 2001) moral berarti ajaran baik, buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dan sebagainya, akhlak, budi pekerti dan susila.
Menurut Immanuel Kant (Magnis Suseno, 1992) moralitas adalah hal keyakinan dan sikap batin dan bukan hal sekedar penyesuaian dengan aturan dari luar, baik itu aturan hukum negara, agama atau adat istiadat.
Salah satu pengertian moral yang disebutkan di dalam ensiklopedi pendidikan adalah “nilai dasar dalam masyarakat untuk memilih antara nilai hidup (moral), juga adat istiadat yang menjadi dasar untuk menentukan baik/ buruk.
Tarumingkeng (2001) menerangkan beberapa jenis moral yang dikutip dari berbagai sumber di internet (Tinjauan Ensiklopedi Filsafat), antara lain :
Moral relism (moral berdasarkan kondisi yang nyata/realita)
moral luck (moral yang dipengaruhi oleh faktor keberuntungan).
moral Relativism (moral yang bersifat relativ)
Moral relational (moral berdasarkan penggunaan akals ehat atau perosedur rasional)
Moral Pesnonhood (moral yang ditentukan berdasarkan kesadaran, perasaan dan tindak pribadi atau merupakan bagian dari moral masyarakat)
moral scepticism (moral yang menunjukkan sikap ragu-ragu karena tidak membeikan penilaian berdasarkan pengetahuan. (http://tumoutou.net3_sem1_012/ke5_012.htm)

persamaan antara akhlak, etika dan moral, yaitu menentukan hukum/ nilai perbuatan manusia dengan keputusan baik atau buruk. Sedangkan perbedaannya terletak pada tolak ukurnya masing-masing, dimana ilmu akhlak dalam menilai perbuatan manusia dengan tolak ukur ajaran Al-Qur’an dan Sunnah, etika dengan pertimbangan akal pikiran dan moral dengan adat kebiasaan yang umum berlaku di masyarakat.
Kesusilaan
Kesusilaan berasal dari kata susila yang berawalan su dan berakhitan an. Susila berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu su dan sila, su berarti baik, bagus dan sila berarti dasar, prinsip, peraturan hidup atau norma.
Di dalam kamus bahasa Indonesia dikatakan, susila berarti sopan, beradab, baik budi bahasanya. Dan kesusilaan sama dengan kesopanan, ini menunjukkan bahwa kesusilaan bermaksud membimbing manusia agar hidup sesuai dengan norma-norma tata susila.

Penelitian yang Relevan
Berdasarkan telaah pustaka yang dilakukan, berikut ini dikemukakan beberapa penelitian yang ada kaitannya dengan variabel-variabel penelitian yang akan dilakukan.
Manajemen Pendidikan Akhlak dalam Mengantisipasi Dekadensi Moral Siswa (Studi Kasus SMAN 1 dan SMA Piri 2 YK/ 2005.
Pengaruh Pendidikan Akhlak Mulia Terhadap Pelaksanaan Ibadah Sholat Siswa ‘Studi Kasus di SLTP Negeri 1 Dlingo Bantul”.
Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam Peningkatan Akhlak Siswa (Studi Kasus Pembinaan Siswa SMP Negeri 2 Giriwoyo).

Kerangka Berfikir
Berikut ini dikemukakan hubungan dari dua variabel penelitian, yaitu hubungan antara pengetahuan akhlak dengan pengamalan akhlak siswa.
Pengetahuan akhlak ialah ilmu yang membahas perbuatan manusia dan mengajarkan perbuatan baik yang harus dikerjakan dan perbuatan jahat yang harus dihindari dalam pergaulan dengan Tuhan, manusia dan makhluk (alam) sekelilingnya dalam kehidupannya sehari-hari sesuai dengan nilai-nilai moral.
Apabila ilmu akhlak ini diberikan/ diajarkan kepada seseorang (siswa) maka ia akans selalu dekat kepada Allah dan meninggalkan apa yang dilarang-Nya, orang yang dibekali dengan pengetahuan akhlak maka ia akan senantiasa berbuata baik, jujur, ramah, adil dan tidak mengerjakan hal-hal yang dilarang oleh agama. Begitu juga sebaliknya, apabila seseorang itu (siswa) tidak dibekali pengetahuan akhlak atau kurang perhatian kepadanya maka ia akan selalu mengerjakan apa yang dilarang oleh agama, dan dapat merisak ketenangan lingkungan, baik di keluarga maupun di masyarakat.

Pengajuan Hipotesis
Sesuai dengan perumusan masalah, tujuan penelitian dan kerangka berfikir yang dikemukakan di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini sebagai berikut :
Pengetahuan akhlak terhadap Akhlak Siswa SMPN 11 Padangsidimpuan.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada SMPN 11 Padangsidimpuan. Penentuan lokasi ini berdasarkan atas pertimbangan kemudahan, keterbatasan dana dan tenaga yang tersedia dalam penelitian ini. Sujek penelitian ini adalah siswa SMPN 11 Padangsidimpuan.

B. Metode Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan teknik statistik yang bersifat deskriftif dan inferensial untuk deskriftif menggunakan teknik persentase, mean dan standar deviase. Sedangkan untuk inferensial menggunakan korelasi dan regresi, yaitu untuk melihat hubungan dan kontribusi variabel X dengan variabel Y.
Penelitian deskriftif menggambarkan fakta-fakta apa adanya. Fakta ini diteliti untuk melihat bagaimana pengalaman akhlak siswa SMPN 11 Padangsidimpuan dan apakah terdapat korelasi yang signifikan, maka untuk melihat berapa besar hubungannya digunakan regresi.

C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VIII dan IX SMPN 11 Padangsidimpuan. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan terdapat jumlah populasi 245 orang.

2. Sampel
Untuk menentukan besarnya sampel dalam penelitian ini maka peneliti menggunakan rumus Suharsimi Arikunto. Suharsimi mengambil sampel apabila populasi di bawah 100 maka diambil semua, namun apabila populasi lebih dari 100 maka sampelnya 10-15 % atau 20-25 %..
Keadaan populasi siswa SMPN 11 padangsidimpuan
No
Kelas
Jumlah
1
Kelas VIII
118
2
Kelas IX
127
Jumlah
245

Jadi untuk menentukan sampel dari penelitian ini yaitu :
10 X 245 : 25
100

Maka sampel dari penelitian ini yaitu 25 orang dari 245 populasi

D. Defenisi Operasional
Defenisis operasional kedua variabel dalam penelitian ini adalah :
1. Pengetahuan Akhlak
Pengetahuan akhlak yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengetahuan akhlak dan pengalaman akhlak. Indikator pengetahuan akhlk ini adalah tentang : a) penyampaiannya, materinya, prilaku siswa.

2. Pengamalan Akhlak.
Pengamalan akhlak yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengamalan akhlak siswa terhadap pengetahuan akhlak yang diajarkan di sekolah. Terlaksana atau tidaknya akhlak siswa ini terdisi dari prilaku-prilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Perilaku tersebut dapat berupa perbuatan/ perkataan, tingkah laku dalam kehidupannya sehari-hari.

E. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah kuesioner yang disusun menurut pola skala likert dengan 4 alternatif jawaban yaitu : Sangat Tidak Setuju, Tidak Setuju, Setuju, Dan Sangat Setuju. Untuk butir pertanyaan yang bersifat positif, jawaban Sangat Tidak Setuju diberi skor 1, Tidak Setuju 2, Setuju 3, Sangat Setuju 4.
Untuk butir pertanyaan yang negatif, jawaban Sangat Tidak Setuju diberi skor 4, Setuju 3, tidak Setuju 2, dan Sangat Setuju 1.

F. Teknik Pengumpulan Data
Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut : pertama-tama sekali diurus surat izin melakukan penelitian ke SMPN 11 Padangsidimpuan. Setelah memperoleh surat izin terseebut, peneliti langsung menghbungi para siswa yang dijadikan sampel penelitian. Penulis menemui respon secara langsung dan menyerahkan instrumen untuk di isi.

G. Analisis Data
Data penelitian ini dianalisis dengan menggunakan berbagai teknik statistik. Analisis data dilakukan dengan bantuan program komputer untuk pengujian-pengujian sebagai berikut :
1. Pengujian Persyaratan Analisis
a. Dua variabel yang dikorelasikan terdiri dari variabel interval atau ratio.
b. Uji Normalitas

Uji normalitas dimaksudkan untuk memeriksa apakah data populsi distribusi normal atau tidak. Pengujian ini diperlukan untuk mengetahui apakah pemakaian teknik analisis cocok dipergunakan untuk data penelitian ini. Uji normalitas menggunakan teknik kolkogorof-smornov.
2. Pengujian Hipotesis
a. Hipotesis 1 diuji dengan teknik korelasi sederhana Product moment oleh Person
b. Hipotesis 2 diuji dengan teknik korelasi ganda
c. Korelasi Persial. Perhitungan ini dimaksudkan untuk melihat apakah terdapat hubungan antara variabel X dengan Y dalam keadaan tersebut.

Sabtu, 21 Maret 2009

Psikologi Pendidikan

Rudiansyah Harahap

20/03/2009



Faktor-Faktor Penyebab Kesulitan Belajar



Secara garis besar, faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri atas dua faktor, yaitu :

  1. Faktor Intern

Faktor intern yaitu hal-hal atau keadaan-keadaan yang datang dalam diri siswa. Diantaranya karena sakit, cacat tubuh dan kurang sehat (dari yang bersifat fisik). Sedangkan yang bersifat phisikis, diantaranya intelegensi yang lemah, tidak sesuai dengan bakat, tidak berminat, dan kurangnya motivasi.

Faktor intern ini juga meliputi ganguan atau kekurangan mampuan psikofisik siswa, yaitu :

  1. yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas intelektual/ intelegensi siswa.
  2. yang bersifat afektif (ranah rasa), antara lain seperti labilnya emosi dan sikap.
  3. yang bersifat psikomotorik (ranah karsa) antara lain seperti terganggunya alat-alat indera penglihatan dan pendengaran (mata dan telinga).

  1. Faktor Ekstern

Faktor ekstern yaitu hal-hal atau keadaan-keadaan yang datang diluar diri siswa. Faktor ini meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktifitas belajar siswa. Yang meliputi :

a. faktor orang tua, yang meliputi

# Cara mendidik anak yang salah

# Hubungan orang tua anak yang tidak harmonis

# Kurangnya contoh, teladan dan bimbingan dari orang tua

#Tidak utuhnya keluarga/suasana rumah tangga yang tidak menyenangkan (kondusif)

# Dan kondisi ekonmi yang lemah

b. Faktor Lingkungan sosial dan media, yang meliputi :

# Teman bergaul

# Lingkungan tetangga

# Aktivitas anak dalam masyarakat yang kurang tepat

# Dan pemakaian televisi, radio dan majalah serta buku bacaan.

c. Faktor Sekolah, yang meliputi

# Guru yang kurang berkwalified/ bermutu

# Hubungan guru dengan anak didik kurang harmonis

# Penerapan metode yang tidak relevan

# Guru kurang cakap memotivasi murid/anak

d. Faktor alat/ sarana, yang meliputi :

# Peralatan yang kurang mendukung

# Kondisi gedung dan suasana kelas yang kurang mendukung yang dibutuhkan.

Pendidikan Akhlak

AKHLAK SEORANG MUKMIN

Moral (akhlak) mulia adalah tujuan utama dari risalah Islam, seperti dinyatakan oleh Rasulullah saw. dalam sebuah hadits,

“ Seseungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (H.R. Ahmad)

Hal ini juga ditegaskan dalam al-Qur’an,

” (Yaitu ) orang-orang yang jika kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang ma’ruf, dan mencegah dari perbuatan yang munkar, dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.” (Q.S. Al-Hajj : 41)

” Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu seuatu kebaiakan. Akan tetapi, sesungguhnya, kabaikan itu ialah beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi, dan memberikan harta yang dicintainya, kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan), dan orang-orang yang meminta-minta: dan )memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan sholat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan, dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa.” (Q.S. Al-Baqarah: 177).

Akhlak mulia adalah suatu bukti dan buah dari keimanan yang benar. Iman tidak akan berarti apa-apa jika tidak melahirkan akhlak. Hal ini dikemukakan oleh Rasulullah dalam sabdanya,

” Iman bukanlah angan-angan kosong, tetapi sesuatu yang terpatri di dalam hati dan dibuktikan oleh perbuatan.” (H.R. As-Dailami)

Akhlak memiliki kadar yang paling berat dalam timbangan manusia pada hari kiamat. Orang yang rusak akhlaknya dan buruk perbuatannya, maka garis keturunannya tidak dapat membantu apa-pun. Akhlak mulia adalah implementasi berbagai bentuk ibadah dalam Islam. Tanpa akhlak, ibadah hanya menjadi ritual dan gerakan yang tidak memiliki nilai dan manfaat.

Ada beberapa sifat penting yang harus dimiliki oleh seseorang agar menjadi muslim sejati dalam berakhlak, antara lain :

1. Menjauhi perkara-perkara syubhat

Syubhat adalah sesuatu hal yang dekat kepada haram daridapa halal, Setiap muslim harus dapat menjaga dirinya dari segala sesuatu yang haram dan berhati-hati terhadap hal-hal yang syubhat, sebagai implementasi atas sabda Rasulullah saw.,

” Perkara yang halal sangat jelas dan yang haram juga sangat jelas, sementara di antara keduanya adalah perkara-perkara syubhat yang tidak diketahui oleh kebanyakan manusia. Barangsiapa yang menjauhi syubhat, maka dia telah menjaga agama dan kehormatannya, dan, barangsiapa yang terjerumus dalam syubhat, maka dia telah terjerumus dalam haram. Ibarat seorang pengembala yang menggembalakan (hewannya) di sekitar kawasan terlarang, dia nyaris masuk ke dalamnya. Ketahuilah, setiap penguasa memiliki kawasan terlarang. Ketahuilah, kawasan terlarang bagi Alah adalah hal-hal yang diharamkan-Nya. Ketahuilah, sesungguhnya, di dalam tubuh ada segumpal daging, apabila ia baik, maka baiklah seluruh tubuh, dan apabila dia rusak, maka rusaklah seluruh tubuh. Ketahuilah, dia adalah hati.” (Muttafaq’alaihi)

2. Menjaga Pandangan (ghoddul bashar)

Maksudnya adalah menjaga pandangan sehingga tidak melihat perkara-perkara yang diharampakan oleh Allah. Sebab, pandangan dapat menimbulkan nafsu dan terus mendorong manusia sehingga terjerumus dalam dosa dan maksiat. Oleh sebab itu, al-Qur;an memperingatkan agar manusia menghindari pandangan-pandangan yang tidak perlu. Allah swt. Berfirman,

” Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya,,”(Q.S. An-Nur : 30)

Rasulullah saw bersabda :

” Pandangan adalah salah satu anak panah iblis.”

” Tundukkanlah pandanganmu dan jagalah kemaluanmu, atau (kalau tidak) Allah akan membuat wajahmu masam.” (H.R. Thabrani)

3. Menjaga ucapan

Maksudnya adalah menjaga lisan dari ucapan-ucapan yang tidak bermanfaat dan kotor, menghindari kata-kata dan ungkapan yang jelek, serta segala ucapan yang tidak berguna, ghibah (menggunjing), dan mengadu domba. Imam An-Nawawi berkata, ”Ketahuilah, setiap orang yang sudah mencapai derajat mekallaf, harus menjaga lisannya dari segala bentuk ucapan, kecuali ucapan yang cenderung membawa maslahat (kabaikan). Tetapi, jika dampak ucapan itu seimbang (antara maslahat dan mudharat), maka seharusnya ditinggalkan, karena ucapan yang mubah (biasa) bisa mendorong kepada perkara yang haram atau makruh. Contoh ucapan seperti ini banyak terdapat dalam kebiasaan yang berlaku. Cara yang membawa kepada keselamatan tidak dapat digantikan dengan apa pun.”

Dari sekian banyak hadits, Rasulullah saw menjelaskan dampak negatif dari ucapan yang bisa berakibat buruk dan membahayakan pelakunya. Antara lain hadits yang dikemukakan :

” Orang beriman bukanlah orang yang suka menjelek-jelekkan, melaknat, dan tidak pula berbicara kasar dan kotor.” (H.R. Tirmidzi)

4. Malu

Maksudnya adalah senantiasa memiliki rasa malu dalam setiap kondisi, tetapi tidak menghalangi keberaniannya untuk menyatakan kebenaran. Diantara bukti rasa malu adalah tidak mau mencampuri urusan orang lain, menjaga pandangan, tawadhu’, tidak berbicara dengan suara keras, qana’ah, dan sifat-sifat lain yang semisal dengannya.

Ulama menggambarkan rasa malu seperti berikut :

”hakikat malu adalah pembawaan yang mendorong manusia agar meninggalkan segala sesuatu yang buruk dan mencegahnya dari mengabaikan hak orang lain”.

5. Lapang Dada dan Sabar

Sifat penting lainnya yang harus dimiliki setiap muslim adlah sabar dan lapang dada. Sebab, perjuangan untuk menegakkan Islam itu penuh dengan tantangan yang tidak menyenangkan dan perjalanan dakwah penuh dengan kesusahan, intimidasi, tekanan, tuduhan, hinaan, ejekan, dan linnya. Semua itu merupakan hambatan-hambatan yang akan datang silih berganti dan menghadang kita untuk menjalankan dakwah di muka bumi Allah ini.

Karena itu ada sekian banyak pesan al-Qur’an dan hadits yang mengarahkan agar senantiasa tabah, sabar dan lapang dada serta tenang. Antara lain :

” Tetapi, orang yang sabar dan memaafkan, sesungguhnya, (perbuatan) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan.” (Q.S. Asy-Syura: 43)

” Dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin agar Allah mengampunimu/,,,(Q.S. An-Nur : 22)

6.Jujur

Seorang muslim harus dapat menerapkan jujur dan tidak berbohong. Dia harus selalu berkata benar, walaupun merugikan dirinya sendiri. Tanpa merasa takut terhadap ancaman orang lain, selama yang dilakukan itu masih tulus dan di jalan Allah.

Berbohong adalah sifat yang sangat buruk dan hina, selain merupakan salah satu pintu utama dari sekian banyak godaan setan yang menjerumuskan. Sikap hati-hati agar tidak berdusta dapat menumbuhkan kekebalan pada jiwa, yang dapat menjaganya dari godan-godaan dan jeratan setan sehingga jiwa tetap besih, suci, dan mulia.

7. Rendah Hati (tawadhu’)

Seorang muslim harus rendah hati, terutama kepada seorang muslim tanpa membedakan antara orang kaya atau miskin. Rasulullah saw senantiasa meminta perlindungan dari Allah agar dihindarkan dari segala bentuk kesombongan. Beliau bersabda :

” Tidak akan masuk surga, orang yang pada hatinya tersimpan kesombongan walaupun hanya sebesar dzarrah.” (H.R. Muslim.

8. Menghindari Prasangka Buruk. Ghibah, dan tidak mencari-cari kesalahan orang lain

Ini dilakukan sebagai implementasi dari firman Allah swt.,

” Hai orang-orang yang beriman, jauhilah dari kebanyakan prasangka, sesungguhnya, sebagian dari prasangka itu adalah dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah sebagian kamu menggunjng sebagian yang lain. Sukakah salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya, Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (Q.S. Al-Hujurat: 12)

Proposal Skripsi

PROPOSAL SKRIPSI

HUBUNGAN METODE DEMONSTRASI DENGAN PEMAHAMAN SISWA TERHADAP MATERI PELAJARAN AGAMA

PADA PONDOK PESANTREN AL-ANSOR MANUNGGANG JULU KECAMATAN PADANGSIDIMPUAN TENGGARA

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu komponen keterampilan dan keahlian yang harus dikuasai guru atau calon guru dalam kegiatan pembelajaran dalam meningkatkan mutu pendidikan adalah kemampuan guru menyampaikan pesan-pesan pembelajaran kepada siswa. Dalam menyampaikan pesan-pesan serta memberikan sejumlah mata pelajaran dan input kepada siswa, seorang guru dituntut untuk pandai melakukan perannya dalam membawa anak didik sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

Tentunya dalam hal ini adalah bagaimana seorang guru memilih dan menggunakan metode dalam proses belajar mengajar yang sesuai dengan materi pelajaran dan kebutuhannya, serta tujuan yang seharusnya dicapai. Guru dalam proses belajar mengajar harus mengalami perkembangan dalam meningkatkan kualitas pendidikan seperti ada sebuah perkataan bahwa guru :

- Merupakan salah satu komponen dari pada proses pendidikan

- Merupakan alat mencapai tujuan, yang didukung oleh alat-alat bantu mengajar

- Merupakan kebulatan dalam suatu sistem pendidikan1

Dengan kata lain bahwa guru mempunyai peranan yang penting dan sangat menentukan dalam memberikan materi pelajaran, dan dapat menggunakan metode pengajaran yang tepat sehingga siswa dapat mengintegrasikan antara ilmu secara teoritis yang diperoleh, dan diharapkan siswa itu mengerti dan lebih dari itu serta mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan di luar sekolah atau di lingkungan masyarakat.

Metode mengajar yang baik dan serasi terhadap materi pelajaran adalah suatu hal yang sangat penting dilakukan oleh pendidik di dalam tiap-tiap situasi penyajian pengajaran di dalam kelas, sebab hal tersebut merupakan kebutuhan di dalam proses belajar mengajar untuk menciptakan suasana yang dapat membuat anak didik mampu mencapai tujuan pendidikan yang ditentukan.

Kemudian perlu diketahui bahwa metode mengandung arti yang sangat penting mengingat dalam menggunakan metode prinsip-prinsip yang bersifat ilmu jiwa secara sehat dan baik perlu dipertimbangkan, agar metode yang digunakan relevan dengan jiwa, semangat dan kemauan anak didik, akhirnya metode yang digunakan dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap mata pelajaran yang disampaikan.

Dengan menggunakan metode yang efektif dan efisien akan dapat mendorong siswa untuk lebih serius, semangat dan konsentrasi dalam mengikuti proses belajar mengajar. Jadi dengan adanya metode yang tepat (sesuai dengan situasi dan kondisi) akan dapat menghindari rasa kebosanan dan kejenuhan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar.

Metode pengajaran merupakan suatu cara yang ditempuh guru untuk menciptakan situasi pembelajaran yang dapat menyenangkan dan mendukung kelancaran proses belajar, tentunya guru dituntut untuk memiliki keahlian dalam menggunakan berbagai metode. Keberhasilan proses belajar mengajar sangat ditentukan oleh faktor metodologi pengajaran yang diberikan oleh pendidik kepada anak didik.

Oleh karena itu agar proses belajar mengajar dapat berjalan secara efektif dan efisien, maka dalam hal ini dituntut serta diharapkan berbagai metode-metode pengajaran yang harus dapat dikuasai oleh pendidik yang tujuannya untuk menarik minat dan meningkatkan pemahaman para siswa terhadap pelajaran yang disampaikan oleh pendidik/ guru.

Secara obyektif diakui bahwa banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar siswa, baik kualitas input materi, metode, sistem evaluasi, sarana, motivasi dan lingkungan, tetapi peran penentu terdepan tinggi rendahnya kualitas lulusan sekolah adalah kemampuan dasar atau kompetensi professional guru.

Sebagai guru yang professional ia harus memiliki kompetensi dalam proses belajar mengajar. Kompetensi atau kemampuan guru yang dimaksud kaitannya dengan keberhasilan guru dalam mengklasifikasikan metode dalam mengajar materi pelajaran khususnya pelajaran agama, dalam arti guru memilih metode yang mana yang tepat untuk digunakan dalam menyampaikan materi pelajaran agama terhadap siswanya.

Pada pelajaran agama siswa tidak hanya dituntut untuk mengerti ajaran agama, tetapi lebih dari itu siswa juga dituntut untuk dapat mengaktualisasikan apa yang telah dipelajarinya dalam alam nyata pada kehidupan sehari-hari. Agar siswa lebih mudah mengerti dan memahami untuk kemudian dapat mengaktualisasikan pelajaran agama yang telah diperolehnya, maka siswa perlu dilatih dan dibiasakan untuk mempraktekkan secara langsung pelajaran agama yang telah diterima dari guru. Metode demonstrasi merupakan metode yang banyak memberikan peluang dan kesempatan kepada guru dan siswa untuk langsung mempraktekkan pelajaran, sehingga penggunaan metode demonstrasi dalam pelajaran agama sangat perlu untuk mencapai tujuan pendidikan.

Untuk menanamkan pemahaman kepada siswa tidak selamanya berlangsung secara teoritis dengan ceramah, tanya jawab atau diskusi, tetapi yang tidak kalah pentingnya adalah mendemonstrasikan materi pelajaran tersebut di depan kelas, sehingga semua siswa dapat melihat secara langsung bagaimana caranya melaksanakan suatu ibadah. Demonstrasi sebagai salah satu metode yang sifatnya aktif, menuntut guru secara aktif untuk mendemonstrasikan materi pelajaran yang akan diajarkan.

Berdasarkan uraian-uraian di atas, dapat dilihat betapa pentingnya penggunaan metode demonstrasi dalam bidang studi agama. Yang menjadi persoalan adalah minimnya (kurangnya) frekuensi penggunaan metode demonstrasi ini, padahal melihat perannya yang sangat penting seharusnya metode demonstrasi mendapat perhatian yang lebih besar.

Sehubungan dengan hal itu, penulis tertarik untuk meneliti masalah ini dengan judul “HUBUNGAN METODE DEMONSTRASI DENGAN PEMAHAMAN SISWA TERHADAP MATERI PELAJARAN AGAMA PADA PONDOK PESANTREN AL-ANSOR MANUNGGANG JULU KECAMATAN PADANGSIDIMPUAN TENGGARA”.

B. Identifikasi Masalah

Pada prinsipnya banyak faktor yang mempengaruhi penggunaan metode demonstrasi dalam menyampaikan materi pelajaran agama. Namun bila digolongkan dapat di bagi kedalam dua kelompok yaitu : Faktor Internal dan Faktor Eksternal. Faktor Internal adalah faktor yang datang dari guru itu sendiri, sedangkan Faktor Eksternal adalah faktor yang datangnya dari luar diri guru.

Dalam penelitian ini, apabila dirincikan adalah sebagai berikut :

  1. Guru tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang pelaksanaan metode demonstrasi.
  2. Guru tidak berpengalaman secara optimal dalam menggunakan metode demonstrasi dalam proses belajar mengajar.
  3. Guru kurang memiliki sarana dan prasarana dalam melaksanakan metode demonstrasi dalam menyampaikan materi pelajaran agama.
  4. Waktu yang dimiliki untuk melaksanakan metode demonstrasi tidak cukup memadai sehingga guru tidak mendemonstrasikannya.
  5. Sebagian guru ada yang hanya menggunakan metode ceramah dan latihan, dan jarang menggunakan metode yang lainnya.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penulis membatasi masalah pada dua aspek :

  1. Pelaksanaan metode demonstrasi dalam menyampaikan materi pelajaran agama di Pondok Pesantren Al- Ansor Manunggang Julu kecamatan Padangsidimpuan Tenggara.
  2. Hubungan Metode Demonstrasi terhadap Pemahaman Siswa dalam Materi Pelajaran Agama di Pondok Pesantren Al- Ansor Manunggang Julu kecamatan Padangsidimpuan Tenggara.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

  1. Bagaimana pelaksanaan metode demonstrasi pada materi pelajaran agama di Pondok Pesantren Al-Ansor Manunggang Julu Kec. Padangsidimpuan Tenggara?
  2. Bagaimana tanggapan siswa terhadap metode demonstrasi yang digunakan oleh guru dalam materi peljaran agama di Pondok Pesantren Al- Ansor Manunggang Julu Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara?
  3. Hambatan-hambatan apa saja yang ditemui guru dalam menggunakan metode demonstrasi pada materi pelajaran agama di Pondok Pesantren Al-Ansor Manunggang Julu Kec. Padangsidimpuan Tenggara?
  4. Apakah ada hubungan metode demonstrasi terhadap pemahaman siswa pada materi pelajaran agama di Pondok Pesantren Al-Ansor Manunggang Julu Kec. Padangsidimpuan Tenggara?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

  1. Pelaksanaan metode demonstrasi yang digunakan pada Pondok Pesantren Al-Ansor Manunggang Julu Kec. Padangsidimpuan Tenggara?
  2. Tanggapan siswa terhadap metode demonstrasi yang digunakan oleh guru dalam materi pelajaran agama di Pondok Pesantren Al-Ansor Manunggang Julu Kec. Padangsidimpuan Tenggara?
  3. Sarana-sarana yang mendukung pada metode demonstrasi pada Pondok Pesantren Al-Ansor Manunggang Julu Kec. Padangsidimpuan Tenggara?
  4. Hubungan metode demonstrasi terhadap pemahaman siswa pada materi pelajaran agama di Pondok Pesantren Al-Ansor Manunggang Julu Kec. Padangsidimpuan Tenggara?

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis. Manfaat secara teoritis berupa pengembangan ilmu yang relevan dengan masalah penelitian ini. Sedangkan secara praktis penelitian ini bermanfaat bagi :

  1. Kepala sekolah agar lebih meningkatkan kemampuan dan keterampilan guru melalui berbagai kegiatan, seperti seminar profesionalisme guru, pelatihan keterampilan, dan lain-lain.
  2. Guru agar senantiasa menambah wawasan pengetahuan tentang metode demonstrasi dan mampu mengadakan pembelajaran sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
  3. Sebagai persyaratan dan perlengkapan tugas-tugas dalam memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Tarbiyah IAIN-SU Medan.
  4. Sebagai bahan pengembangan wawasan dan ilmu pengetahuan bagi penulis khususnya dalam karya ilmiah.


BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Kerangka Teori

1. Pengertian Metode Mengajar

Metode berasal dari bahasa Yunani “Greek”, yakni “Metha”, berarti melalui, dan “Hadas” artinya cara, jalan, alat atau gaya. Dengan kata lain, metode artinya jalan atau cara yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan tertentu.2

Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, susunan W. J. S. Poerwadarmita, bahwa “Metode adalah cara yang teratur dan berpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud”.3 Sedangkan dalam kamus Praktis Ilmiah Populer pengertian metode adalah “cara kerja yang teratur dan sistematis untuk pelaksanaan sesuatu”.4

Dalam Ensiklopedi Pendidikan : “Metode berarti jalan, cara yang tepat untuk melakukan sesuatu. Metodik adalah cara mengajar. Dalam mengajar ada hukum-hukum dan peraturan-peraturan yang berlaku untuk pengajaran”.5

Sedangkan secara terminologi menurut Mulyanto Sumardi, bahwa metode adalah rencana menyeluruh yang berhubungan dengan penyajian materi pelajaran secara teratur dan tidak saling bertentangan dan didasarkan atas approach.6 Selanjutnya H. Muzayyin Arifin mengemukakan bahwa metode adalah salah satu alat atau cara untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.7

Dari beberapa pengertian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa metode adalah cara atau alat yang sebelumnya sudah dipersiapkan untuk melaksanakan suatu kegiatan guna untuk mencapai suatu tujuan yang diharapkan atau ditentukan.

Pengajaran ialah merupakan suatu aktivitas mengajar dan belajar. Dapat digambarkan bahwa yang berperan di dalamnya yaitu guru dan peserta didik. Aktivitas mengajar ini akan menyangkut peranan guru yang mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam hal tersebut. Agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik dan mampu mencapai tujuan yang sudah ditetapkan maka seorang guru harus dapat memilih dan menggunakan metode pengajaran yang tepat dengan materi pelajaran yang akan disamapaikan.

Siti Halimah mengemukakan bahwa metode pengajaran merupakan suatu cara yang ditempuh guru untuk menciptakan situasi pembelajaran yang dapat menyenangkan dan mendukung kelancaran proses belajar, agar tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan.8

Dari pendapat tersebut penulis menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan metode pengajaran itu adalah cara atau teknik seorang guru dalam menyampaikan pelajaran agar pelajaran tersebut dapat menarik perhatian siswa.

Untuk menciptakan situasi belajar yang dapat mendukung kelancaran proses belajar, sangat dituntut kepada para guru untuk memiliki keahlian, keterampilan serta pengetahuan dalam menyampaikan pelajaran. H. Ahmad Sabri mengemukakan Metode pembelajaran adalah cara-cara atau teknik penyajian bahan pelajaran yang akan digunakan oleh guru pada saat menyajikan bahan pelajaran, baik secara individual atau kelompok.9

Dari defenisi yang dikemukakan di atas dapat dipahami bahwa metode mengajar itu adalah cara atau jalan yang ditempuh atau diterapkan dalam proses belajar mengajar di dalam kelas supaya proses belajar mengajar menyenangkan dan mudah siswa untuk memahami apa yang diterangkan. Jelas bahwa kegiatan itu direncanakan atau diterapkan dengan cara terencana dalam suatu kegiatan belajar mengajar.

Setiap pendidik tentunya akan senantiasa memiliki tujuan bahwa ia harus berhasil dalam proses belajar mengajar dan memberikan hasil yang terbaik dalam tugasnya. Agar proses belajar mengajar itu berhasil maka pendidik harus senantiasa memperhatikan faktor-faktor pendukung keberhasilan proses belajar mengajar tersebut. Kesalahan dalam memahami dan melaksanakan proses tersebut akan memberikan dampak yang telah ditentukan. Salah satu faktor yang sangat menentukan tersebut adalah kemampuan guru dalam menerapkan metode mengajar yang baik dan sesuai dalam proses belajar mengajar.

H. Ahmad Sabri mengemukakan Syarat-syarat yang harus diperhatikan seorang guru dalam penggunaan metode pembelajaran adalah :10

1. Metode yang dipergunakan harus dapat membangkitkan motif, minat atau gairah belajar siswa.

2. Metode yang digunakan dapat merangsang keinginan siswa untuk belajar lebih lanjut, seperti melakukan inovasi dan ekspotasi.

3. Metode yang digunakan harus dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk mewujudkan hasil karya.

4. Metode yang digunakan harus dapat menjamin perkembangan kegiatan kepribadian siswa.

5. Metode yang digunakan harus dapat mendidik murid dalam teknik belajar sendiri dan cara memperoleh pengetahuan melalui usaha pribadi.

Dari hal tersebut apabila seorang guru ingin menggunakan metode dalam pembelajaran, maka seorang guru harus mengetahui persyaratan-persyaratan tersebut. Apakah metode yang sudah digunakan sesuai dengan tujuan yang harus dicapai? Karena metode yang digunakan harus dapat menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai dan sikap siswa dalam kehidupan sehari-hari.

Keberadaan metode mengajar merupakan alat yang dalam fungsinya terutama dalam hal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Selain dari itu metode mengajar juga mempunyai arti penting baik bagi para guru maupun para siswa. Guru akan lebih mempertimbangkan nilai-nilai efektif dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa. Sedangkan bagi siswa, mereka akan memperoleh kemudahan dalam hal menerima dan memahami materi pelajaran yang disampaikan oleh gurunya. Hal tersebut juga disampaikan oleh Tayar Yusuf sebagai berikut :

Metode Mengajar itu ialah suatu cara tertentu yang tepat dan serasi untuk menyajikan suatu materi pelajaran, sehingga tercapai tujuan pelajaran tersebut, baik tujuan jangka panjang (tujuan umum), dimana murid merasa mudah menerima (mengerti) pelajaran tersebut sehingga tidak terlalu memusingkan (memberati) pikiran mereka dan murid-murid menerima pelajaran tersebut dengan cara lega, optimis, dan penuh minat.

Dengan demikian penulis menjelaskan bahwa metode mengajar adalah cara-cara atau jalan yang akan ditempuh dalam pelaksanaan proses belajar mengajar yaitu bagaimana menyampaikan pelajaran dengan baik kepada anak didik., maksudnya jika metode mengajar yang digunkan baik dan tepat, maka tujuan pendidikan besar kemungkinan akan dapat dicapai.

Allah berfirman dalam Surat An-Nahl ayat 125 yang berbunyi :

Dari ayat tersebut dapat dipahami bahwa dalam menyeru manusia kepada jalan Allah harus dengan cara atau dengan jalan yang baik sehingga orang dengan sadar tanpa merasa terpaksa mengikuti jalan kebaikan yang telah disampaikan tersebut. Dari ayat tersebut juga dapat dipahami bahwa Islam mempunyai konsep tentang metode, yaitu metode mengajar yang digunakan untuk mengajak dan menyeru orang lain kepada jalan yang benar.

2. Metode Demonstrasi dan Pelaksanaannya

Menurut Imansyah Alipandie bahwa metode demonstrasi ialah “suatu metode mengajar yang dilakukan guru atau seseorang lainnya dengan memperlihatkan kepada seluruh kelas tentang suatu proses atau atau suatu cara melakukan sesuatu”.[11] Kemudian menurut H. Ahmad Sabri Metode demonstrasi adalah :suatu metode mengajar yang memperlihatkan bagaimana proses terjadinya sesuatu:.12( H. Ahmad Sabri, M.Pd, Strategi belajar mengajar & micro teaching).

Sedangkan Roestiyah mengemukakan metode demonstrasi adalah “cara mengajar di mana seorang instruktur/ atau tim guru menunjukkan, memperlihatkan suatu proses”.13 (Roestiyah N.K, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta, bina aksara, cet III, 1989).

Selanjutnya Djamarah mengemukakan Metode demonstrasi adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan meragakan atau memperttunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan, yang sering disertai dengan penjelasan lisan.14

Dari defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa metode metode demonstrasi dapat dilakukan/ diterapkan oleh guru dengan cara menjelaskan suatu konsep atau meragakan suatu proses untuk setiap kali memberikan materi pelajaran sekolah, dan metode demonstrasi juga dalam belajar mengajar dapat membantu siswa menjawab sesuatu dari suatu maslaah dengan data yang benar, yaitu dengan memperlihatkan bagaimana terjadinya proses tersebut.

Dari berbagai kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam menyampaikan materi dalam proses pembelajaran seorang guru dituntut untuk dapat menguasai berbagai metode, antara lain yaitu metode demonsrtasi yang mana dalam metode ini guru dan siswa sama-sama dituntut untuk aktif ketika proses belajar mengajar, yang mana guru menunjukkan dan memperagakan dihadapan siswa bagaimana proses terjadinya sesuatu.

Kemudian Fat hurrahman mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan metode demonstrasi adalah “suatu upaya atau praktek dengan menggunakan peragaan yang ditujukan pada siswa yang tujuannya ialah agar supaya semua siswa lebih mudah memahami dan memperaktekkan dari apa yang telah di perolehnya dan dapat mengatasi suatu permasalahan apabila terdapat perbedaan”.15

Sedangkan Siti Halimah menyatakan bahwa metode demonstrasi ialah “suatu cara penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada peserta didik suatu proses, prosedur dan atau pembuktian suatu materi pelajaran yang sedang dipelajari dengan cara menunjukkan benda sebenarnya ataupun benda tiruan sebagai sumber belajar”.16

Kesimpulan dari teori ini bahwa metode demonstrasi ialah metode mengajar yang dilakukan oleh pendidik/ guru dengan cara memperagaka materi pelajaran yang diajarkan di depan para siswa dengan menggunakan alat atau benda yang mendukung bagaimana sesuatu itu bisa dilakukan dengan baik dan tepat serta diharpakan setelah diadakah metode demonstrasi ini siswa mudah paham dan dapat memperagakannya setelah proses pembelajaran selesai dalam kehidupannya sehari-hari.

Suatu metode tidak akan tercapai apabila tidak sesuai dengan teknik atau cara yang tepat untuk melaksanakan metode tersebut. Adapun pelaksanan penggunaan teknik demonstrasi mempunyai tujuan agar siswa mampu memahami tentang cara mengatur atau menyusun bagaimana proses sesuatu itu terjadi. Untuk melaksanakan teknik demonstrasi agar bisa berjalan dengan efektif, maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :17

a. Guru harus mampu menyusun rumusan tujuan instruksional agar dapat memberi motivasi yang kuat pada siswa untuk belajar.

b. Pertimbangkanlah baik-baik apakah pilihan teknik anda mampu menjamin tercapainya tujuan yang telah anda rumuskan.

c. Amatilah apakah jumlah siswa memberi kesempatan untuk suatu demonstrasi yang berhasil, bila tidak anda harus mengambil kebijaksanaan lain.

d. Apakah anda telah meneliti alat-alat dan bahan yang akan digunakan mengenai jumlah, kondisi, dan tempat. Juga perlu mengenal baik-baik atau mencoba terlebih dahulu, agar demonstrasi itu berhasil.

e. Harus sudah menentukan garis besar langkah-langkah yang akan dilakukan.

f. Selama demonstrasi berlangsung guru harus memberi kesempatan pada siswa untuk mengamati dengan baik dan bertanya.

g. Perlu mengadakan evaluasi apakah demonstrasi yang anda lakukan itu berhasil dan bila perlu demonstrasi bisa diulang.

Keuntungan yang di peroleh dari pelaksanaan teknik demonstrasi adalah dengan demosntrasi perhatian siswa lebih dapat terpusatkan pada pelajaran yang sedang diberikan, kesalahan-kesalahan yang terjadi bila pelajaran itu diceramahkan dpaat diatasi melalui pengamatan dan contoh konkrit. Sehingga kesan yang diterima siswa lebih mendalam dan tinggal lebih lama pada jiwanya. Dan selanjutnya akan memberikan motivasi yang kuat pada siswa agar lebih giat belajar. Jadi, dengan demonstrasi itu siswa dapat berpartisipasi aktif, dan memperoleh pengalaman langsung, serta dapat mengembangkan kecakapannya.

3. Kelebihan dan Kekurangan Metode Demonstrasi

Sebagai salah satu metode mengajar yang sifatnya alat bantu yang bersifat non-fisik, mempunyai kelebihan dan kekurangan. Tidak ada satu metode mengajar yang tidak mempunyai kelebihan dan kekurangan, tetapi kelebihan dan kekurangan tersebut mempunyai perbedaan.

Menurut Imansyah Alipandie ada beberapa kelebihan metode demonstrasi yang harus diketahui oleh seorang pendidik, yaitu :18

1. Dengan metode ini para murid dapat menghayati dengan sepenuh hati mengenai pelajaran yang diberikan.

2. Perhatian anak dapat terpusat pada hal-hal penting yang didemonstrasikan.

3. Mengurangi kesalahan-kesalahan dalam mengambil kesimpulan dari apa yang diterangkan guru secara lisan atau apa yang dipelajari di dalam buku, karena murid memperoleh gambaran melalui pengamatan langsung terhadap suatu proses.

4. Masalah-masalah yang mungkin timbul dalam hati anak-anak dapat langsung terjawab.

Kemudian Siti Halimah mengemukakan bahwa kelebihan metode demonstrasi ialah :19

1. Menjadikan bahan pelajaran menjadi jelas dan lebih kongkrit dipahami siswa sehingga dapat menghindari pemahaman yang hanya verbalisme.

2. Memudahkan peserta didik memahami pelajaran dengan cara melihat secara langsung dan prosedur informasi bahan ajar yang disajikan guru.

3. Proses pengajaran lebih menarik dan menyenangkan

4. Dapat merangsang dan memotivasi peserta didik untuk lebih aktif dalam mengamati dan mendorongnya untuk dapat mencobanya sendiri.

5. Dapat menyajikan bahan ajar yang tidak dapat disajikan dengan menggunakan metode lainnya.

Menurut Team Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya bahwa kelebihan metode demonstrasi ialah :20

1. Perhatian siswa dapat dipusatkan kepada hal-hal yang dianggap penting oleh guru.

2. Dapat mengurangi kesalahan-kesalahan bila dibandingkan dengan hanya membaca di dalam buku.

3. Beberapa masalah yang menimbulkan pertanyaan pada diri siswa dapat dijawab waktu mengamati proses demonstrasi.

4. Dapat mengembangkan pengalaman dan kecakapan siswa apabila aktif dalam mendemonstrasikan pelajaran.

Sedangkan dalam situs internet menjelaskan bahwa kelebihan Metode Demonstrasi ialah : 21

1. Perhatian anak didik dapat terpusatkan, dan titik berat yang dianggap penting oleh guru dapat di amati.

2. Dapat merangsang siswa untuk lebih aktif dalam mengikuti proses belajar

3. Dapat menambah pengalaman anak didik

4. Bisa membantu siswa ingat lebih lama tentang materi yang disampaikan

5. Dapat mengurangi kesalah pahaman karena pengajaran lebih jelas dan konkrit.

6. Dapat menjawab semua masalah yang timbul di dalam pikiran setiap siswa karena ikut serta berperan secara langsung.

Dari segi positif metode demonstrasi di atas, jelas mempermudah pemahaman siswa, tetapi disamping itu masih terdapat juga beberapa kelemahan dari metode ini, yaitu :

Kelemahan Metode Demonstrasi Menurut Imansyah Alipandie, yaitu :

1. Apabila sarana peralatan kurang memadai, tidak sesuai dengan kebutuhan atau tidak bisa diamati dengan jelas oleh para murid, maka metode ini kurang efektif.

2. Tidak semua hal dapat didemonstrasikan di dalam kelas.

Kemudian Siti Halimah mengemukakan bahwa kelemahan metode demonstrasi ialah :

1. Memerlukan dan menuntut keahlian dan keterampilan guru secara lebih khusus.

2. Adanya keterbatan sumber belajar, alat pelajaran, dan menurut adanya situasi dan kondisi serta waktu-waktu tertentu untuk mendemonstrasikannya

3. Memerlukan waktu yang lebih banyak

4. Memerlukan proses perancangan dan persiapan pembelajaran yang cukup matang dan terencana dengan cara lebih baik dari penggunaan metode lainnya.

Menurut Team Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya bahwa kelemahan metode demonstras metode demonstrasi ialah :

1. Demonstrasi tidak akan efektif bila alat yang didemonstrasikan tidak dapat diamati dengan seksama oleh murid.

2. Tidak semua hal dpat didemonstrasikan di dalam kelas

Sedangkan dalam situs internet menjelaskan bahwa Kelemahan Metode Demonstrasi ialah :

1. Memerlukan waktu yang cukup banyak

2. Memerlukan biaya yang cukup mahal, terutama untuk membeli bahan-bahannya

3. Memerlukan tenaga yang tidak sedikit

4. Apabila terjadi kekurangan media, metode demonstrasi menjadi kurang efesien.

Dari beberapa kelehaman di atas, apabila dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dapat diperkecil, misalnya penyediaan sarana/ fasilitas yang digunakan untuk mendemonstrasikan materi pelajaran. Agar tidak kurang atau tidak lengkap, maka jauh sebelum melaksanakan demonstrasi harus dilengkapi, sehingga jalannya metode demonstrasi dapat lancar dan sukses.

Dengan memperhatikan beberapa kelebihan atau kekurangan metode demonstrasi dapatlah disimpulkan bahwa sekalipun metode tersebut dapat dilaksanakan secara mudah, namun harus dibantu dengan metode-metode lian, sehingga kekurangan-kekurangan yang ada dapat diatasi dengan metode-metode lain yang relevan dan dapat mendukung.

4. Pemahaman Siswa dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya

Pemahaman pada dasarnya adalah upaya seseorang untuk melakukan sesuatu. Pemahaman itu diperoleh karena pada mulanya pemahaman itu belum ada, maka terjadilah proses perubahan, dan perubahan itu terjadi pada jangka waktu tertentu. Adanya perubahan pada pola perilaku menandakan telah adanya pemahaman/ pengetahuan seseorang. Semakin banyak pemahaman/ pengetahuan yang diperoleh, semakin banyak pula perubahan yang terjadi.

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi belajar siswa yang harus diperhatikan untuk dapat mencapai pemahaman/ pengetahuan yang optimal. Faktor-faktor tersebut adalah faktor internal ( yang berasal dari dalam diri anak) dan eksternal (dari luar diri anak).

a.Faktor Internal

Keberhasilan seorang anak dalam mencapai suatu pengetahuan/ pemahaman yang baik tergantung kepada diri anak itu sendiri. Seperti yang dikemukakan oleh Bimo Walgito ”Faktor individu adalah merupakan faktor yang sangat penting, anak jadi belajar atau tidak tergantung kepada anak itu sendiri”.22

Ada dua aspek yang dapat dilihat dalam faktor internal (yang berasal dari dalam diri anak) yaitu :

1. Aspek Fisik

Aspek fisik adalah aspek yang bersifat jasmaniah, dimana kondisi jasmani dan tonus (tegangan otot) menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Keadaan kesehatan jasmani turut menentukan keberhasilan belajar. Maka kesehatan harus senantiasa terjaga, dalam hal ini pemenuhan kebutuhan tubuh berupa makanan yang sehat juga harus mendapat perhatian agar dapat mendukung terbentuknya kesehatan yang baik. Terutama kesehatan panca indra, maka bagi anak didik pemeliharaan kesehatan panca indra ini penting, karena apabila mengalami suatu kesehatan atau sakit misalnya, maka dapat mengganggu kegiatan belajarnya.

Kondisi organ tubuh yang lemah, apalagi disertai pusing-pusing kepala misalnya dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang dipelajarinya pun kurang atau tidak berbekas. Tentu saja hal ini dengan tidak mengabaikan kesehatan tubuh secara umum. Sumardi Suryabrata mengatakan, ”Orang mengenal dunia sekitarnya dan belajar dengan mempergunakan panca indranya. Baiknya fungsi panca indranya merupakan syarat dapatnya belajar itu berlangsung dengan baik”.23

Untuk itu sangat penting usaha menjaga kesehatan tubuh sehingga dapat belajar dengan baik dan mudah memperoleh pemahaman tentang materi apa yang telah disampaikan.

2. Aspek Fisikis

Aspek fisikis adalah kondisi rohaniah siswa dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran. Namun, di antara faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umumnya dipandang lebih esensial adalah: tingkat kecerdasan/ inteligensi, sikap, bakat, minat dan motivasi.

b. Faktor Eksternal

faktor eksternal ini dapat juga dikatakan sebagai faktor yang berasal dari lingkungan yang turut mempengaruhi belajar siswa. Abu Ahmadi mengemukakan bahwa ”Lingkungan dalam pengertian umum, berarti situasi di sekitar kita, lapangan pendidikan, arti lingkungan itu luas sekali, yaitu segala sesuatu yang berada di luar diri anak, dalam alam semesta ini.”24

Dari definisi di atas, dapat dipahami bahwa lingkungan dalam hal ini luas sekali, termasuk di dalamnya berupa benda-benda, orang-orang, keadaan atau peristiwa-peristiwa yang ada di sekitar anak, bahkan mempengaruhi keberhasilan belajar siswa.

Di sampin lingkungan itu memberikan pengaruh dan dorongan, juga merupakan arena yang memberikan kesempatan potensi-potensi yang ada dalam diri yang merupakan pembawaan sejak lahir pada seseorang anak untuk dapat berkembang.

Selain faktor yang telah disebutkan di atas, guru sebagai salah satu komponen dalam proses belajar mengajar juga memegang peranan penting dalam meningkatkan pemahaman belajar siswa. Oleh karena itu guru harus dapat berperan secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional, sesuai dengan tuntunan masyarakat yang semakin berkembang. Dalam arti khusus dapat dikatakan bahwa pada setiap diri guru terletak tanggung jawab untuk membawa para siswanya pada suatu kematangan dan taraf kematangan tertentu yang dicita-citakan.

Berbagai tanggung jawab besar yang harus dijadikan oleh Islam sebagai amanat yang harus dipikul oleh para orang tua dan pendidik adalah penyadaran berpikir anak sejak masa kanak-kanak hingga ia mencapai masa dewasa dan kematangan.25

Dari penjealasan dia tas dapat dipahami bahwa tugas guru sebagai pemimpin pendidik anak,harus dapat memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani anak didik dalam pertumbuhannya dan membentuk moral dan berkepribadian baik, seingga mereka kelak berguna bagi agama, nusa dan bangsa. Dengan demikian seorang guru mempunyai pengaruh yang besar terhadap prestasi anak didik pada khususnya, serta terhadap perkembagnan pendidiakn pada umumnya.

Begitu besarnya peranan dan tanggung jawab guru dalam mendidik anak agar menjadi manusia yang berguna sehingga kedudukannya ditempatkan pada tempat yang mulia. Ilmu yang diajarkan dan diamalkannya merupakan amal yang tidak terputus. Sabda Rasulullah SAW :

Artinya :

Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah SAW bersabda : Apabila anak adam (manusia) itu meninggal dunia maka terputuslah segala amalnya kecuali tiga yaitu: shadaqah Jariyah, Ilmu yang bermanfaat dan anak yang shalih yang mendo’akannya (Hadits Riwayat Muslim).26

Dari penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa faktor dari dalam diri siswa dan lingkungan di luar diri siswa termasuk kemampuan guru dalam mengajar dan memberikan bimbingan merupakan faktor-faktor yang turut mempengaruhi keberhasilan siswa dalam memahi pelajaran.

Faktor eksternal yang mempengaruhi belajar siswa adalah lingkungan yang mencakup lingkungan sosial dan non sosial. Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, staf administrasi dan teman-teman sekelas, dapat mempengaruhi semangat belajar seseorang siswa. Para guru yang selalu menunjukkan sikap dan perilaku yang simpatik dan memperlihatkan suri teladan yang baik dan rajin khususnya, dalam hal belajar, misalnya rajin membaca dan berdiskusi, dapat menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan belajar siswa.

Dan yang termasuk dalam lingkungan sosial siswa tersebut adalah masyarakat dan tetangga juga teman-teman sepermainan disekitar perkampungan siswa tersebut. Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar siswa adalah orangtua dan anggota keluarga siswa tersebut. Sifat-sifat orang tua dan praktik-praktik yang dilakukan orang tua terhadap anaknya akan mempengaruhi tingkat belajar mereka.

Sedangkan lingkungan non sosial ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan siswa.

B. Kerangka Berpikir

Setiap orang yang berbuat dan bertindak dengan sadar, seperti seorang pendidik, tentu menggunakan metode atau cara tertentu untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Oleh karena itu, berhasil atau tidak suatu perbuatan banyak bergantung kepada metode yang digunakan. Untuk dapat menggunakan metode yang baik, seorang pendidik harus mempunyai pengetahuan tentang metode yang akan diajarkan, apakah metode tersebut sesuai atau tidak, kemudian apakah kelemahan dan kelebihan metode tersebut, dan apakah tujuan pembelajaran dapat tercapai apabila memilih metode tersebut?

Selain harus menguasai materi, seorang pendidik juga harus dapat menempatkan metode sesuai dengan materi pelajaran agar maksud dan tujuan tercapai. Untuk itu seorang pendidik dituntut untuk dapat menggunakan metode yang tepat agar dapat memberikan pemahaman serta pengalaman bagi anak didik. Metode demonstrasi merupakan salah satu cara penyampaian materi atau bahan ajar yang dilakukan oleh guru kepada siswa agar siswa dapat bersemangat dan konsentrasi dalam memahami materi pelajaran yang disampaikan oleh guru.

Metode demonstrasi sangat banyak digunakan dalam menyampaikan materi pelajaran agama, siswa akan susah untuk dapat memahami pelajaran apabila metode yang digunakan tidak sesuai dengan materi pelajaran yang disampaikan, dengan demikian guru harus menggunakan metode demonstrasi dalam menyampaikan materi pelajaran yang perlu menampilkan gerakan atau penampilan fisik dan benda, guna dapat memberikan pemahaman dan perhatian siswa dalam mengikuti pelajaran yang sedang berlangsung.

C. Penelitian yang Relevan

Berdasarkan telaah pustaka yang dilakukan, berikut ini dikemukakan beberapa penelitian yang ada kaitannya dengan variabel-variabel penelitian yang dilakukan :

1. Pengaruh Metode Demonstrasi dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa pada Bidang Studi Fiqih (Materi : Fardhu Kifayah) di Kelas I MTs Al- Washliyah Kedaisianam Kecamatan Lima Puluh. Skripsi oleh Siti Zuwiyah. Kesimpulan yang dapat ditarik dari skripsi ini adalah bahwa penggunaan metode demonstrasi dalam materi fardhu kifayah berpengaruh tinggi terhadap motivasi siswa MTs Al- Washliyah dalam mempelajari materi tersebut.

2. Metode Demonstrasi dan Pengaruhnya terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Bidang Studi Agama di SMU Budisatrya Medan. Skripsi oleh Maimunah. Kesimpulan yang dapat ditarik dari skripsi ini adalah bahwa penggunaan metode demonstrasi pada bidang studi agama di SMU Budisatrya Medan dapat dikatakan masih kurang, hal ini dapat diketahui dari pelaksanaan kegiatan belajar pada bidang studi agama, metode demonstrasi dilaksanakan sekali-sekali saja.

3. Pengaruh Metode Demonstrasi terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Bidang Studi Agama di SMP Negeri 1 Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang. Skripsi oleh Endang Suriati. Kesimpulan yang dapat ditarik dari skripsi ini adalah bahwa tidak ada pengaruh metode demonstrasi dengan prestasi belajar siswa dalam bidang studi agama Islam di SMP Negeri 1 Pancur Batu Kecamatan Deli Serdang.

4. Penggunaan Metode Demonstrasi dalam Pemantapan Pelaksanaan Ibadah Sholat pada Siswa Kelas II Madrasyah Diniyah Awaliyah Diinul Hasanah Stabat Langkat. Skripsi oleh Nurghaniah. Kesimpulan yang dapat ditarik dari skripsi ini adalah bahwa pelaksanaan metode demonstrasi di Madrasyah Diniyah Awaliyah Diinul Hasanah Stabat Langkat, khususnya kelas II ditempuh 6 tahap, yaitu : menentukan materi yang akan didemonstrasikan, menjelaskan materi sebelum didemonstrasikan, menyediakan peralatan sesuai dengan materi yang akan didemonstrasikan, diawali oleh guru untuk mendemonstrasikan di depan murid, kemudian menyuruh murid melakukannya dan menyuruh murid mengulang apa yang sudah dimonstrasikan tersebut.

D. Hipotesis

Hipotesa merupakan jawaban sementara terhadap suatu masalah yang diteliti seperti yang dikemukakan oleh Sutrisno Hadi, “Hipotesa dapat juga dipandang sebagai konklusi yang sifatnya sementara”.26

Adapun hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini adalah pelaksanaan metode demonstrasi berhubungan positif terhadap pemahaman siswa pada materi pelajaran agama di Pondok Pesantren Al- Anshor Manunggang Julu Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sample

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru di pondok Pesanteren Al-Ansor Manunggang Julu Padangsidimpuan. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan terdapat jumlah populasi sebanyak 40 orang.

2. Sampel

Untuk menentukan besarnya sampel dalam penelitian ini maka peneliti menggunakan rumus Suharsimi Arikunto. Suharsimi mengambil sampel apabila populasi dibawah 100 maka diambil semua jadi sampel, namun apabila populasi lebih dari 100 maka sampelnya 10-15 % atau 20-25 %. Maka yang menjadi sampel dari penelitian ini semua populasi yaitu 40 orang.

B. Defenisi Operasional

Defenisi oprerasional kedua variabel dalam penelitian ini adalah :

1. Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi adalah metode mengajar yang dilakukan oleh pendidik/ guru dengan cara memperagakan materi pelajaran yang diajarkan di depan para siswa dengan menggunakan alat atau benda yang mendukung bagaimana sesuatu itu bisa dilakukan dengan baik dan tepat serta diharpakan setelah diadakah metode demonstrasi ini siswa mudah paham dan dapat memperagakannya setelah proses pembelajaran selesai dalam kehidupannya sehari-hari.

2. Pemahaman Siswa

Yang dimaksud dengan pemahaman siswa adalah suatu tingkah laku

C. Instrument Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah kuesioner yang disusun menurut pola skala Likert dengan 4 alternatif jawaban yaitu : Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju (TS), Setuju (S), dan Sangat Setuju (SS). Untuk butir pertanyaan yang positif, jawaban Sangat Tidak Setuju diberi skor 1, Tidak Setuju diberi skor 2, Setuju diberi skor 3, Sangat Setuju diberi skor 4.

Untuk butir pertanyaan yang negatif, jawaban sangat tidak setuju diberi skor 4, tidak setuju diberi skor 3, setuju diberi skor 2, sangat setuju diberi skor 1.

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan pada juni (misal) 2009 di Pondok Pesanteren Al-Ansor Manunggang Julu Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara. Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut : pertama-tama sekali diurus surat izin melakukan penelitian ke Pondok Pesanteren Al-Ansor Manunggang Julu Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara. Setelah memperoleh surat izin tersebut, peneliti langsung menghubungi para guru yang dijadikan sampel penelitian. Penulis menemui respon secara langsung dan menyerahkan instrumen untuk diisi.

Dalam rangka menghimpun data dari data yang sudah ditentukan di atas dilakukan dengan :

1. Observasi merupakan metode melalui pengamatan langsung dilapangan. Pengamatan langsung kepada objek penelitian yaitu Pondok Pesanteren Al-Ansor Manunggang Julu Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara

2. Interview yaitu mengadakan seperangkat wawancara dengan melakukan tanya jawab dengan pihak yang berwewenang memberikan informasi tentang penelitian ini.

3. Angket, yaitu menyebar sejumlah pertanyaan tertulis dengan berbagai alternatif jawaban.

E. TeknikAnalisis Data

Metode yang digunakan dalam Metode penelitian ini adalah Metode Uji regresi sederhana, yaitu metode yang dapat mengukur hubungan antara variabel yang saling berhubungan, dan untuk mengetahui seberapa besar hubungan metode demonstrasi sebagai variabel bebas (X) terhadap pemahaman siswa sebagai variabel terikat (Y).


DAFTAR PUSTAKA

Alipandie Imansyah, Didaktik Metodik, Surabaya: Usaha Nasional, , 1984

Arifin H Muzayyin , Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bina Aksara, 1987.

Arifin H. Muzayyin, Kapita Selekta Umum dan Agama, Semarang: Toha Putra, 1987.

Et-al Zuhairini , Metodik Khusus Pendidikan Agama, Surabaya: Usaha Nasional, 1983.

Gunawan Adi, Kamus Praktis Ilmiah Populer, Surabaya: Kartika, Tt.

Hadi Strisno, Metodologi Researh Jilid I, Yogyakarta: And offset, 1993.

Halimah Siti, Diktat Strategi Belajar Mengajar, Medan: Fakultas Tarbiyah, 2005.

Hurrahman Fat, Metode Demonstrasi dan Eksperimen, 2008, http://udhiexz.wordpress.com/2008/08/08/metode-demonstrasi-dan-eksperimen/

N.K Rostiyah, Didaktik Metodik, Jakarta: Bina Aksara, 1989, Cet iii.

N.K Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Bina Aksara, 1990, Cet iii.

Poerwardaminta W. J. S, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1986.

Poerbakawatja Soegarda, Ensiklopedi Pendidikan, Jakarta: Gunung Agung, 1989.

Sabri H. Ahmad, Strategi belajar mengajar & micro teaching, ciputat press: Quantum Teaching, 2007, Cet ii.

Sumardi Mulyanto, Pengajaran Bahasa Asing, Jakarta: Bulan Bintang, 1997.

Suryabrata Sumardi, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rajawali Press, 1991.

Team Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya, Pengantar Didaktik Metodik kurikulum PBM, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1993, cet V.

Walgito Bimo, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM, 1982.

Zain A, Djaramah S. B, Strategi belajar Mengajar, Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, 1996



1 Zuhairini. Et-al, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya : Usaha Nasional, 1983, hlm. 79

2 H. Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Bina Aksara, 1987),, hlm. 97.

3 W. J. S. Poerwardaminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1986), hlm. 649

4 Adi Gunawan, Kamus Praktis Ilmiah Populer, (Surabaya : Kartika, Tt), hlm. 319

5 Soegarda Poerbakawatja, Ensiklopedi Pendidikan, (Jakarta : Gunung Agung, 989), hlm. 213

6 Mulyanto Sumardi, Pengajaran Bahasa Asing, (Jakarta : Bulan Bintang, 1997), hlm. 12

7 H. Muzayyin Arifin, Kapita Selekta Umum dan Agama, (Semarang : Toha Putra, 1987), hlm. 90

8 Siti Halimah, Diktat Strategi Belajar Mengajar, (Medan : Fakultas Tarbiyah, 2005), hlm. 39

9 H. Ahmad Sabri, M.Pd, Strategi belajar mengajar & micro teaching, ciputat press , Quantum Teaching cet II, 2007, hlm 49

10 ibid. hlm. 49

[11] Imansyah Alipandie, Didaktik Metodik, (Surabaya : Usaha Nasional, 1984), hlm. 86

12 H. Ahmad Sabri, M.Pd, Strategi belajar mengajar & micro teaching, ciputat prss , (Quantum Teaching cet II, 2007), hlm. 49

13 Rostiyah N.K, Didaktik Metodik, (Jakarta, Bina Aksara, cet III, 1989), hlm. 76

14 Djaramah, S. B, Zain, A. Strategi belajar Mengajar, (Jakarta : Penerbit Rineka Cipta, 1996), hlm. 102

15 Fat Hurrahman, Metode Demonstrasi dan Eksperimen, 2008, http://udhiexz.wordpress.com/2008/08/08/metode-demonstrasi-dan-eksperimen

16 Siti Halimah, Diktat Strategi Belajar Mengajar, (Medan : Fakultas Tarbiyah, 2005), hlm. 55

17 Roestiyah. N.K, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : Bina Aksara cet iii, 1990), hlm. 83

18 Imansyah Alipandie, Didaktik Metodik, (Surabaya : Usaha Nasional, 1984), hlm. 86

19 Halimah, Diktat Strategi Belajar Mengajar, (Medan : Fakultas Tarbiyah, 2005), hlm. 75

20 Team Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya, Pengantar Didaktik Metodik kurikulum PBM, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada), cet V, 1993, hlm. 54

21 Fat Hurrahman, Metode Demonstrasi dan Eksperimen, 2008, http://udhiexz.wordpress.com/2008/08/08/metode-demonstrasi-dan-eksperimen/

22 Bimo Walgito, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Yogyakarta : Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM, 1982), hlm. 120

23 Sumardi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Rajawali Press, 1991), hlm. 320

24 Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), hlm. 64

25 Abdullah Nashih ’Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, (Bandung: Asy-Syifa, 1990), hlm. 310

26 Mushlich Shabir, Op.ci

26 Strisno Hadi, Metodologi Researh Jilid I, (Yogyakarta : And offset, 1993), hlm. 63