Kamis, 04 Maret 2010

ILMU

A. Dasar Hukum Menuntut Ilmu
Didalam syariat Islam tuntutan menuntut ilmu sangat dianjurkan, bahkan hukumnya wajib. Kewajiban ini dilaksanakan setelah seorang muslim mencapai akal baligh atau muallaf. Kewajiban menuntut ilmu didasari oleh sabda Rasulullah saw.
Artinya: “menuntut ilmu itu wajib bgi setiap muslim laki-laki maupun wanita”.
Ditinjau dari segi ilmu yang dituntut, ilmu itu ada yang hukumnya fardhu ‘ain dan ada yang fardhu kifayah. Ilmu yang hukumnya fardhu ‘ain yaitu suatu ilmu yang apabila tidak dituntut oleh seorang muslim akan membawanya kepada kebinasaan, dan berdosa bila tidak ia pelajari. Sedangkan ilmu yang sifatnya kifayah yaitu suatu ilmu yang apabila dipelajari oleh seorang saja, maka telah lepas kewajiban yang lain. Hal ini bukan berarti kita tidak disuruh dan harus bermalas-malasan, akan tetapi kita hatus mempelajarinya demi kepentingan diri sendiri, masyarakat maupun bangsa.
Oleh sebab itu jagnanlah kita mengabaikan kewajiban menuntut ilmu itu, apakah kita telah dengan sabda Nabi di atas tentang wajibnya menuntut ilmu. Ilmu yang kita tuntut haruslah ilmu agama terlebih dahulu, karena ilmu agama merupakan ilmu dasar yang harus dimiliki oleh setiap muslim, sehingga seornag muslim dapat menjadi seseorang yang matang dalam beragama. Selanjutnya baru ilmu umum, hal ini dilakukan agar seorang muslim dapat melahirkan suatu studi-studi yang berlandaskan keislaman.
Keutamaan Ilmu
Menuntut ilmu lebih utama daripada jihad, sholat, puasa dan haji.
Salah satu keutamaan menuntut ilmu adalah lebih utama dibandingkan sholat, puasa, haji dan juhad. Hal ini berdasarkan hadits yang berbunyi:
Artinya: “mnenuntut ilmu itu lebih utama daripada sholat, puasa, haji dan jihad fisabilillah (HR. Dailami).
Kenapa menuntut ilmu itu lebih utama daripada keempat amal tersebut di atas? Hal ini dikarenakan ilmu merupakan imamnya amal sholat tanpa didasari ilmu maka akan bertolak, begitu juga dengan puasa, haji dan jihad tanpa didasari ilmu maka semua itu akan bertolak dan tidak dapat diterima.
Dalam hadits lain juga diterangkan bahwa menuntut ilmu lebih utama daripada keempat ibadah tersebut. Hadits yang menyatakan menuntut ilmu lebih utama darpada sholat adalah:
Artinya: “apabila masuk waktu pagi, sedangkan engkau mempelajari satu ilmu maka itu lebih baik bagimu daripada sholat seratus raka’at”.
Dan adapun dalil lain yang menyatakan menuntut ilmu lebih utama daripada jihad adalah:
Artinya: “mempelajari diwaktu pagi dan petang lebih utama disisi Allah daripada berjuang di jalan Allah.
Dari keterangan beberapa hadits di atas, jelaslah bagi kita bahwa menuntut ilmu itu lebih utama daripada sholat, puasa, haji dan jihad. Jadi kalau kita renungkan secara mendalam sungguh besar sekali keuramaan menuntut ilmu itu, kalau kita perhatikan keutamaan sholat,puasa, haji dan jihad, tentu saja kita tidak dapat membayangkan balasan yang Allah berikan kepada orang yang mengamalkannya. Oleh karena itu pupuklah dalam diri kita semangat menuntut ilmu itu agar kelak kita dapat menjadi generasi-generasi yang intelek dalam agama maupun sains.
Memudahkan jalan kesurga
Keutamaan lain daripada menuntut ilmu adalah memberikan sesuatu kemudahan bagi orang yang menuntut ilmu itu menuju surge, sebagaimana sabda Nabi saw:
Artinya: “setiap sesuatu itu ada jalan dan jalan ke surge adalah ilmu”.
Berdasarkan hadits di atas kita pahami bahwa apabila seseorang mendambakan nikmatnya surge, haruslah memiliki ilmu. Amal-amal seseorang yang menyebabkan ia masuk kedalam surge adalah amalan yang didasari ilmu, sebagaimana seseorang dapat beramal secara sempurna kalau bukan dengan ilmu.
Di dalam hadits lain juga Rasulullah SAW mengisyaratkan kepada kita agar menuntut ilmu sebagai seuatu jalan yang memudahkan kita masuk ke dalam surga.
Artinya: “barang siapa yang menempuh jalan untuk menuntut ilmu, Allah akan memudahkan langkahnya menuju surge. (HR. Bukhori dan Muslim).
Dari keterang dua hadits di atas, dapat kita cerna bahwa apabila seseorang menghendaki seuatu kemudahan menuju surge-Nya Allah, jalannya adalah menuntut ilmu.jadi jika kita ingin jalan kita dimudahkan oleh Allah SWT menuju surge-Nya, maka tuntut ilmu itu sampai akhr hayat, sebagaimana sabda Nabi saw:
Artinya: “tuntutlah ilmu itu dari buaian sampai keliang lahat”.
Menuntut ilmu lebih utama dari pada harta
Kehancuran Islam pada zaman dahulu merupakan suatu pelajaran yang harus selalu diingat oleh setuap muslim. Dimana sebagai ummat yang maju pada saat itu, Islam dengan ilmunya menjadi sorotan Negara-negara Barat. Hal ini tentu saja menimbulkan suatu taktik bagi Negara Barat bagaimana menghancurkan Islam, karena para ulama mulai sibuk dengan urusan duniawi, maka orang barat dengan mudah megnhancurkan orang Islam dengan penawaran-penawaran harta. Sehingga lambat laun banyak orang-orang barat belajar kepada orang Islam yang mana tujuannya adalah untuk menghancurkan Islam.
Pada saat mencapai puncak kejayaan, ummat Islam terlena dengan hasil penemuan-penemuannya tanpa mewaspadai orang kafir. Sehingga orang kafir menyerang pusat-pusat studi Islam dan menghancurkannya.
Jadi berkenaan dengan keutamaan menuntut ilmu ini adalah dimana kita harus memiliki prinsip menuntut ilmu lebih penting daripada mengejar harta. Kalau kita mengejar harta, kita tidak akan mendapatkannya melainkan bila kita mengejar ilmu maka harta akan mengikut, sebagaimana sabda nabi saw:
Artinya: Nabi Sulaiman as disuruh memilih antara harta, kekuasaan dan ilmu, lalu ia memilih ilmu, sebab itu diberikan kepadanya kekuasaan dan harta.
Dalam satu riwayat juga dijelaskan bahwa Ali karromallohu wajha pernah ditanya oleh sepuluh orang dengan pertanyaan yang sama dan ia menjawab dengan jawaban yang berbeda berdasarkan ilmunya. Suatu hari Ali ditanya oleh sepuluh orang dengan pertanyaan: “mana yang lebih utama ilmu daripada harta?, jawab Ali yang pertama: ilmu, karena ilmu warisan para nabi sedangkan harta adalah warisan Qorun, maka berlalu seorang dan dating orang kedua dengan pertanyaan yang sama: mana lebih utama ilmu daripada harta? Jawab Ali: ilmu, karena ilmu memperbanyak teman sedangkan harta membuat permusuhan”.
Setelah orang kedua pergi, datanglah orang yang ketiga dengan pertanyaan yang sama, jawab Ali: tetap ilmu, alasannya ilmu bertambah sedangkan harta berkurang”. Begitulah jawaban Ali selalu berbeda dalam memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Sehingga pantaslah Rasulullah saw bersabda:
Artinya: “Aku adalah kota ilmu dan Ali pintunya”.
Menuntut ilmu menimbulkan rasa takut kepada Allah SWT
Apabila seseorang bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu maka akan timbul perasaan takut kepada Allah SWT, karena orang yang menuntut ilmu akan selalu senantiasa was-was terhadap ilmu yang dituntutnya apakah ilmu itu benar atau tidak, apalagi orang yang berilmu mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk dalam pandangan Allah SWT merasa takut terjerumus ke dalam kesesatan. Firman Allah SWT:
Artinya: “sesungguhnya orang yang takut kepada Allah diantara hambanya hanyalah orang yang berilmu. Sebagiaman kita ketahui bahwa para ulama-ulama hanya takut kepada Allah, hal ini diakrenakan ilmu mereka yang begitu tinggi, sehingga mereka lebih memahami agama ketimbang orang yang memberikan ilmu tapi sombong. Semakin dalam orang menuntut ilmu semestinya orang itu semakin tawadhu’, tapi kenapa yang terjadi sekarang berbeda dengan ulama terdahulu. Hal ini dikarenakan ulama-ulama sekarang tiak sedikitpun merasakan takut kepada Allah, mengeluarkan fatwa menurut kemauan sendiri.
Hal inilah yang harus kita perhatikan sebagai seorang penuntut ilmu. Merasa ketakutan akan suatu ilmu yang didapat akan menyebabkan rasa takut kepada Allah, dimana ia takut bahwa ilmu yang ia dapat menyadari perintah dan larangan Allah.
Balasan bagi Orang yang Menuntut Ilmu
Allah akan meninggikan derajatnya
Di dalam al-Qur’an surat al- Mujadalah ayat 11 Allah berfirman:
11 Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.
Begitulah sayangnya Allah kepada orang yang beriman dan berilmu diberikan suatu derajat yang lain disisi-Nua. Ibnu Abbas berkata bahwa derajat diantara ulama degan seorang mukmin ibarat satu banding 700 derajat, jarak satu derajat saja adlaah lima ratus tahun. Hal ini tntu saja menggambarkan bahwa kedudukan para ulama begitu tinggi sekali dalam ajaran Islam. Bahkan dalam beberapa hadits diterangkan bahwa kedudukan ulama adlaah sebagai pewaris Nabi:
Arinya: “ualam adalah pewaris para Nabi”.
Hadits lain juga menerangkan bahwa kedudukan ulama setingkat dengan nabi, hal ini diakrenakan ulama merupakan penggantu Nabi untuk menyebarkan agama. Sehingga para hari kiamat kelak para ulama dapat memberikan syafaat kepada ummat Islam sebagaimana sabda Nabi:
Artinya: “pada hari kiamat nanti yang dpat memberikan pertolongan adalah nabi, kemudian ulama kemudian syuhada”.
Oleh karena itu, muliakanlah para ulama, karena tanpa mereka siapa lagi yang akan menuntutn kita untuk mengenal Allah. Lagipula memuliakan ulama sama seperti memuliakan Allah dan Rasul-nua, sebagimana sabda Nabi:
Artinya: “dari Jabir ra berkata: Rasulullah bersabda: “hormatilah ulama, kerna mereka pewaris Nabi, maka siapa yang memuliakan ualam berarti memuliakan Allah dan Rasul-Nya.
Hadits ini menerangkan begitu pentingnya memuliakan ulama,agar kelak kita dapat mewarisi yang mereka punya.
Memiliki kepahaman dalam agama
Di dalam literature hadits diterangkan bahwa orang yang mengajarkan ilmu serta mengamalkannya akan diberikan suatu kebaikan dengancara pemahaman tentang masalah agama. Oleh Allah, hal ini tentu saja suatu kelebihan yang susah dicari dan sangat jarang ditemui untuk sekarang ini.
Hadits nabi yang menerangkan hal ini adalah:
Artinya: “Ilmu itu jiwa Islam dan tiang iman. Siapa yang mengajarkan ilmu Allah akan mencukupkan pahalanya dan siapa yang mempelajari ilmu dan mengamalkan ilmunya, nanti Allah akan mengajarkan padanya apa yang belum diketahuinya”.
Hadits ini juga diperkuat oleh hadits-hadits yang diriwayatkan oleh Bukhori dalam kitab Abi Jamroh yang berbunyi:
Artinya: “Siapa yang dikehndaki Allah memperoleh kebaikan diberinya kepemahaman dalam urusan agama”. (HR. Bukhori Muslim dari Mu’awiyah)
Tapi sebaliknya apabila suatu ilmu tidak diamalkan dan diajarkan, maka Allah akan memberikan suatu balasan yang buruk. Sebagimana diterangkan oleh hadits dibawah ini:
Artinya: ‘orang yang berilmu, amal, dan ilmu masuk dalam surge, tetapi apabila orang yang tidak beramal denganilmunya maka ilmu dan amak masuk surge sedangkan orang berilmu masik kedalam neraka:.
Berdasarkan keterangan dan perbandingan hadits di atas dapat kita teliti dan simpulkan bahwa orang yang memiliki ilmu tapi tidak diajarkan ibarat pohon tnpa berbuah tapi apabila seseorang berilmu kemudian dia ajarkan, iabarat pohon yang memiliki buah.

REFERENSI
Al-Ghazali, Mutiara Ihya ‘Ulumuddin, (Al-Mizan: bandung,1996)
Fakhruddin HS, Hadits-Hadits Pilihan, (Bami Aksara: Bandung, 1996)
Muhammad bin Ali Syafi’I, Abi Jamroh.
Muhammad bin Abu Bakar, Ushfuriyah,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar