Kamis, 04 Maret 2010

PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP PSIKOLOGI BELAJAR

A. Pengertian
Psikologi belajar terdiri dari dua penggalan kata yaitu psikologi dan belajar. Psikologi berasal dari bahasa Yunani yaitu psyche yang berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu. Dengan demikian secara harpiah psikologi dapat diartikan ilmu jiwa.
Namun tidaklah sesederhana itu untuk mengartikan psikologi, karena setiap orang pasti mempunyai persepsi yang berbeda jika ditanya tentang jiwa. Karena keberadaannya yang abstrak, yang tidak dapat dijangkau oleh panca indra. Oleh karena itu para ahli saling berbeda dalam menentukan defenisi psycologi.
Di bawah ini akan saya uraikan tntnag beberapa pendapat ahli mengenai defenisi psikologi.
- Chilffoard T. Morgan berpendapat bahwa psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang tingkah laku manusia dan hewan.
- Edwin G. Boring dan Herbert mengatakan: psikologi adalah studi tentang hakikat manusia.
- Garden Murphy: psychology ilmu yang mempelajari respon yang diberikan oleh makhluk hidup terhadao lingkungannya.
- Moskondits psikologi adalah suatu ilmu pengetahuan empiric yang berdasarkan atas observasi dan penelitian eksperimental, pokok persoalannya adalah tentang tingkah laku manusia.
Dari beberapa pendapat di atas dapat di lihat bahwa antara pendapat ahli yang satu berbeda dengan yang lain. Namun pada hakekatnya memiliki defenisi yang dapat diterima oleh semua pihak. Dalam hal ini untuk lebih sederhana psikologi dapat diartikan sebaai suatu ilmu pengetahuan yang menyelidiki dan membahas tentang tingkah laku manusia baik selaku individu, maupun kelompok, dalam hubungannya dengan lingkungan.
Sedangkan belajar dapat diartikan sebagai suatu perubahan yang terjadi dalam diri seseorang mengenai hal-hal yang bermanfaat baginya.
Mengenai pengertian belajar juga banyak para ahli memberikan defenisi diantaranya:
- Skinner : suatu proses adaptasi yang berlangsung secara progresif.
- Hintsman dalam bukunya the psycologi of learning and memory berpendapat belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organism, manusia atau hewan, disebabkan oleh pengetahuan yang dapat mempengaruhi tingkah laku organism..
- Witting belajar adalah perubahan yang relative menetap yang terjadi dalam segala macam/keseluruhan tingkah laku keseluruhan tingkah laku suatu organism sebagai hasil pengalaman
Dari defenisi psikologi belajar di atas, maka pengertian psikologi belajar adalah suatu disiplin ilmu yang membahas tentang pemahaman gejala kejiwaan dalam tingkah laku manusia untuk kepentingan mandidik atau membina perkembangan keperibadian manusia
· Pengertian Psikologi Belajar Pendidikan Agama Islam
Untuk lebih jelas memahami tentang pengertian psikologi belajar pendidikan agama Islam, terlebih dahulu saya akan mengartikan setiap penggalan kata, yaitu psikologi belajar dan Pendidikan Agama Islam
Psikologi berasal dari bahasa Yunani yaitu psyche yang berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu pengetahuan. Jadi secara harpiah defenisi psikologi yang sebenarnya terdapat banyak perbedaan diantara para ahli, diantaramya adalah:
- Cliffoard T. Morgan: Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang tingkah laku manusia.
- Edwin G. Bording psikologi adalah suatu tentang hakikat manusia
- Garden Murphy psikologi adlaah ilmu yang mempelajari respon yang diberikan oleh makhluk hidup terhadap lingkungan.
Sementara mardianto di dalam bukunya psikologi belajar PAI menyatakan psikologi adalah ilmu yang mempelajari gejala jiwa yang ditampakkan dalam sikap dan prilaku, serta pernyataan-pernyataan abstrak lainnya.
Maka psikologi belajar dapat diartikan satu pengetahuan tentang bagaimana seseorang belajar mengikuti keadaan jiwa menurut perkembangannya.
Sedangkan pendidikan agama Islam dapat dijabarkan menjadi dua kata yaitu pendidikan dan Agama Islam.
Pendidikan adalah suatu proses transformasi nilai budaya yang ditata sedemikian rupa untuk memberikan bimbingan dan pembinaan bagi seseorang mengenal, mengembangkan serta mengendalikan potensi yang ada pada dirinya agar dapat berjalan secara wajar dan benar sesuai dengan kaidah yang ada.
Ahmadi dan Uhbiyati pendidikan adalah satu kegiatan secara sadar dan disengaja, serta penuh tanggung jawab yang dilakukan oleh orang dewasa kepada anak sehingga terjadi intraksi antara mereka berdua agan anak tersebut mencapai kedewasaan yang telah dicita-citakan dan berlangsung terus menerus.
Agama Islam adalah suatu ajaran yang diwahyukan dari Allah SWT melalui Rasulnya yaitu Muhammad saw dengan kitab sucinya yaitu al-Qur’an sebagai sumber hukum dan pengetahuan.
Jadi psikologi belajar Pendidikan Agama Islam adalah ilmu jiwa tentang bagaimana seseorang belajar Agama Islam dari perkembangan jiwa yang sedang dialaminya.
B. Ruang Lingkup
Seluruh pembahasan yang dapat dijangkau, dicakup/ dibahas oleh kajian ini. Ruang lingkup ini disatu sisi merupakan pernyataan wilayah/kapling yang menjadi pembicaraan psikologi belajar Pendidikan Agama Islam, dan di sisi lain menjadi pembatas dari kajian yang boleh dikembangkan.
Merujuk kepada deskrifsi silabus mata kuliah psikologi belajar Pendidikan Agama Islam di IAIN Fak Tarbiyah maka ruang lingkupnya adalah sebagai berikut:
- Komponen keilmuan
a. Kajian lintas disiplin ilmu (psikologi agama islam dan pembelajaran)
b. Kajian perkembangan manusia (psikologi perkembangan, psikologi belajar dan psikologi agama)
- Komponen terapan
a. Kajian pembelajaran agama pada masa balita, anak dewasa dan orang tua.
b. Kajian internalisasi agama, problema dan jalan keluarnya.
c. Kajian pengembangan pembelajaran agama secara metodologis.
- Komponen pengembangan
a. Kajian penelitian
b. Kajian evaluasi

MEDIA PENGAJARAN

A. Pendahuluan
Di era globalisasi ini telah banyak bermunculan teknologi seperti computer, TV, Internet, OHP dan masih banyak lagi teknologi yang dapat dirasakan terutama bagi orang-orang yang bermukim diperkotaan. Dan teknologi ini juga sudah sampai tersebar ke pedesaan terutama dilembaga instansi pemerintahan yaitu teknologi computer dan telepon, dan tiap-tiap rumah telah banyak mempunyai TV, VCD, telepon dan sebagainya.
Dalam pemakaian teknologi ini paling tidak ada beberapa alasan yang menjadi bahan pertimbangan seperti efisiensi, keefektipan, dan kenyamanan tentunya tidak juga ketinggalan dari alasan mengapa dipilih teknologi ini dalam membantu keseharian kehidupan masyarakat. Dan dalam proses belajar mengajar juga tidak terlepas dari alasan-alasan atau landasan-landasan di atas. Adapun yang menjadi bahan pertimbangan antara lain sebagai berikut: waktu yang dimiliki guru (jam pelajaran) yang harus dimanfaatkan dengan baiknya oleh guru, pelajaran yang ditransformasikan guru kepada siswa hendaknya bermanfaat bagi siswa maupun masyarakat secara umum, hal yang demikian akan berjalan dengan lancer kalau kelas, sumber belajar dan media/alat pelajaran dapat dikelola, serta tujuan, metode ditentukan sedemikian rupa sehingga timbullah rasa gairah belajar mengajar yang besar bagi guru dan siswa itu sendiri yang kita sebut itu sebagai rasa kenyamanan.
Walaupun dengan adanya teknologi pendidikan, baik yang berbentuk hardware (perangkat keras dan software (perangkat lunak), namun hal itu tidak menjamin keberhasilan proses belajar mengajar tanpa adanya perubahan guru dari sikap statis (tidak kreatif) dan merubah cara-cara konvensional. Solusinya ialah semua individu yang telibat dalam belajar mengajar, terutama para guru, agar menjadi kreatif dalam mencari dan mengembangkan media atau teknologi pendidikan. Dengan demikian hendaknya guru menanamkan pada diri mereka sikap inovatif (pembaharu) secara khusus dan pada lembaga hendaknya lebih terbuka dalam mencari hal yang baru pula.
Semua teknologi yang kami kemukakan di atas hendaknyalah guru dapat mengenalnya, menggunakannya secara baik walupun teknologi yang digunakan itu masih tergolong dalam teknologi yang murah dan bersahaja hendaknya dapat membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Pengertian Media Pembelajaran
Kata “media” berasal dari bahasa latin “medius” yang secara harfiah “tengah’, “perantara” atau “pengantar”. Disisi lain media secara etimologi dapat kita peroleh dari bahasa Arab yaitu (wasail) yang artinya pengantara atau pengantar pesan dari pengirim pesan kepada penerima pesan. Menurut Gerlach dan Ely (1971) media secara garis besar adalah manusia, materi ataupun materi yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap.
Dari defenisi di atas kita simpulkan bahwa guru, papan tulus, bangku, meja ataupun alat-alat grafis, elektronik seperti radio, TV, OHP, juga termasuk dalam media, tetapi yang lebih berperan atau yang memegang peranan penting adalah manusia itu sendiri atau dalam istilah dalam kelas disebut dengan guru.
Selanjutnya disini kami juga mengutip berbagai pengertian tentang media dari berbagai ahli, antara lain sebagai berikut:
Menurut Santoso S. Hamijaya, media adalah semua bentuk perantara yang dipakai orang penyebar ide, sehingga gagasan itu sampai kepada penerima.
Menurut MC Luahan, media adalah canel (saluran) karena pada hakikatnya media telah memperluas atau memperpanjang kemampuan atau merasakan, mendengan, dan melihat dalam batas-batas jarak, ruang dan waktu tertentu dengan bantuan media batas-batas itu hampir tidak ada.
AECT meynatakan media adalah segala bentuk yang digunakan untuk proses penyaluruan informasi.
NEA (National Education Assicition) berpendapat media adalah segala benda yang dimanipulasi, dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan beserta instrument yang digunakan untuk kegiatan tersebut.
Menurut Brigg, media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan yang merangsang yang sesuai untuk belajar, misalnya: media cetak, media elektronik (film dan radio).
Dari defenisi-defenisi di atas dapat kita ketahui secara sederhana yang dimaksud dengan media itu ialah canel (saluran) atau alat bantu. Sedangkan media secara lebih luas dapat diartikan suatu perantara baik itu perangkat keras (hardware) maupun prangkat lunak (software) yang digunakan untuk menyampaikan pesan kepada penerima pesan.
Setelah kami kemukakan defenisi media di atas, disini kami juga akan mengemukakan makna dari pembelajaran atau pengajaran. Adapun defenisi pengajaran atau pembelajaran menurut ahli ialah:
Menurut Sikun Pribadi (Guru besar IKIP Bandung), pengajran ialah suatu kegiatan yang menyangkut pembinaan anak mengenai segi kognitif dan psikomotor semata-mata, yaitu anak lebih banyak pengetahuannya, lebih cakap berfikir kritis, sistematis dan lain-lain.
Menurut KI Hajar Dewantara, pegnajaran (Onderwijs) itu tidak lain dan tidak bukan adalah salah satu bagian dari pendidikan. Jelasnya, pengajaran tidak lain ialah pendidikan dengan cara memberikan ilmu atau pengetahuan serta kecapakan,,,,,
Dari defenisi di atas dapat kita simpulkan pengertian dari pembelajaran ialah proses transformasi ilmu pengetahuan dan pembentukan ketrampilan, pembelajran sama halnya dengan pendidikan tetapi ruanglingkupnyayanglebih sempit.
Ada beberapa pengertian media pembelajaran, antara lain:
Segala jenis sarana pembelajaran yang digunakan sebagai perantara dalam proses belajar megnajar untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi pencapaian tujuan pembelajaran, emncakup media menggunakan alat penampil, peta, model, globe dan sebagainya.
Peralatan fisik untuk emnyampaikan isi pembelajaran, termasuk buku, film, video, tape, dan perilaku non verbal. Dengan kata lain media pembelajaran mencakup perangkat lunak (software) dan perangkat keras (hardware) yang berfungsi sebagai alat belajar/ alat bantu belajar.
Media yang digunakan dan diintegrasikan dengan tujuan dan isi pembelajaran yang sudah ditungkan dalam garis besar pedoman pendidikan (GBPP) dan dimaksudkan untuk mempertinggi mutu kegiatan belajr mengajar.
Sarana pembelajaran yang digunakan sebagai perantara, dengan menggunakan atal penampil dalam proses belajar mengajar untuk mempertinggi keefektifitas dan efisiensi pencapai tujuan pembelajaran, meluputi audio, film, OHP dan sebagainya.
Dari berbagai pengertian di atas, dapat kita simpulkan media pembelajaran adalah sarana atau alat bantu dalam proses belajar mengajar baik itu berupa perangkat keras maupun prangkat lunak untuk mencapai proses dan hasil pembelajaran yang efektif dan efisien serta tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan mudah.
Dari berbagai pengertian tersebut dapat ditarik cirri-ciri umum yang terkandung dalam media pembelajaran itu:
Media pengajaran itu memiliki pengertian fisik (hardware)
Media pengajaran memiliki pengertian non fisik (software)
Penekanan media pengajaran terdapat pada visual dan audio.
Media pembelajaran digunakan dalam rangka kamunikasi dan intraksi guru dan siswa dalam proses belajar mengajar.
Media dapat digunakan secara missal (tv, radio), kelompok bear dan kecil (film, OHP dan video) dan perorangan (modul, computers dan tape).
Landasarn Teoritis Penggunaan Media Pengajaran
Perubahan sikap, tingkah laku dan perolehan pengetahuan dan keterampilan dapat terjadi karena interaksi pengalaman baru dengan pengalaman yang sebelumnya dialami. Burner mempunyai tingakt utama modus belajar, yaitu: pengalaman langsung 9enatif), pengalaman pictorial/gambar (iconic), dan pengalaman abstrak (symbolic). Yang dimaksud pengalaman langsung ialah mengerjakan misalnyam arti kata “pukul” dapat dilihat dari kata tersebut, kita bisa langsung memukul. Ditingkat kedua diberi lebel iconic (artinya gambar atau image), kata “pukul” dapat dipelajari dari melihat foto, gambar, lukisan dan juga film. Walaupun kita belum pernah memukul sesuatu tetapi melalui media tersbeut dapat kita lakukan, karena kita dapat memahami dan mempelajari, lalu pada tingakt symbol, siwa dapat membaca atau mendengan kata “pukul” dan dapat mencocokkannya dengan image mental atau mencocokkannya dengan pengalamannya dalam memukul.
Tingkatkan pengalaman pemerolehan hasil belajar seperti itu digambarkan oleh Dalih (1969) sebagai suatu proses kemunikasi materi yang ingin disampaikan dan dinginkan siswa dapat menguasainya disebut sebagai pesan. Siswa sebaiknya diajak untuk memanfaatkan semua alatinderanya. Guru berupaya untuk menampilkan rangsangan (stimulus) yang dpat diproses oleh berbagai indera. Makin banyak alat indera yang digunakan untuk menerima dan emngolah informasi semakin besar kemampuan informasi itu mengerti dan dapt dipertahankan dalam ingatan. Dengan demikian, siswa diharapkan akan dapat menerima dan menyerap dengan mudah dan baik pesan-pesan dalam materi yang disajikan.
Levie (1975) yang membaca kembali hasil-hasil penelitian tentang belajar malalui stimulus gambar dan stimulus kata atau visual dan verbal menyimpulkan bahwa stimulus visual membuahkan hasil belajar yang lebih baik untuk tugas-tugas seperti mengingat, megnenal, mengingat kembali dan menghubung-hubungkan kembali gakta dan konsep. Ada dua konsep yang mengatakan bahwa ada dua system ingatan manusia, satu untuk mengolah symbol-simbol verbal kemudia menyimpannya dalam bentuk proposisi image, dan yang lainnya untuk mengolah image non verbal yang kemudian disimpan dalam bentuk proposisi verbal.
Belajar dengan menggunakan indera ganda, pandang dan dengan berdasarkan konsep di atas akan memberikan keuntungan bagi siswa. Siswa akan belajar lebih banyak dari pada jika materi pelajaran yang disajikan hanya dengan stimulus pandang atau hanya stimulus dengar. Para ahli mempunyai pandangan yang searah mengenai hal itu, perlu juga diperhatikan tingakt keabstraskan pesan akan semakin tinggi ketika pesan itu dituangkan kedalam lambing-lamgang seperti bagan, grafik, atau kata-kata. Meskipun tingkatan partisipasi fisik berkurang keterlibatan imajinatif semakin bertambah dan berkembang sesungguhnya pengamalan konkrit dan pengalaman abstraksi seseorang, dan sebaliknya, kemampuan interpretasi lambing kata membantu seseorang untuk memahami pemalaman yang didalamnya ia terlibat langsung.
Ciri-ciri Media Pengajaran
Di dalam suatu kondisi dalam belajar megnajar banyak juga cara-cara yang harus dimiliki seorang pendidik, seperti dapat kami jelaskan di bawah ini tentang cirri-ciri media pengajaran, yaitu:
Ciri fiksatif (Fixative Property)
Cirri ini menggambarkan kemampuan media erekam, menyimpan, melesatarikan dan mengkonsentrasikan suatu peristiwa atau objek. Dapat kita utarakan obejk yang dapat diurutkan dan disusun kemabli dengan media sepeti fotografi, video, tape, audio tape, disket computer dan film. Dengan cirri fiksatif ini, meida memungkinkan merekam kejadian atau objek yang terjadi pada suatu waktu yang tertentu ditaransfortasikan tanpa mengenal waktu. Dari penjelasan tersebut seorang pendidik harus lebih memperhatikan dan mendalami apa yang terkandung dalam ciri-ciri ini, karena cirri fiksatif ini menjelaskan kejadian atau bojek yang telah direkam atau disimpan dengan format media yang dapat digunakan setiap saat. Prosedur laboratorium yang rumit dapat direkam dan diatur untuk kemudian direproduksi berapa kalipun pada saat diperlukan.
Ciri Manifulatif
Mentrasformasikan suatu kejadian atau objek dimungkinkan karena media memiliki cirri manifulatif, kejadian yang memakan waktu sehari-hari dapat disajikan kepada siswa dalam waktu dua atau tiga menit dengan teknik pengambilan gambar, seperti proses larpa menjadi kepompong kemudia menjadi kupu-kupu dapat disaksikan dengan teknik rekaman fotografi. Kemudian contoh lain reaksi kimia dapat diamati dengan bantuan media.
Memanipulasi kejadian atau objek dengan jalan mengedit hasil rekaman dapat menghemat waktu, contoh: proses penanaman dan panen gandum, penelolaan gandum menjadi tepung, dan penggunaan tepung menjadi roti dapat dipersingkat waktunya dalam suatu urutan rekaman video atau film yang mampu menyajikan informasi yang cukup bagi siswa untuk emgetahui asal usul dan proses pembuatan roti.
Ciri Distributif
Cirri distributive dari media memungkinkan suatu objek atau kejadian ditansformasikan melalui ruang dan secara bersamaan kejadian tersebut disajikan kepada sejumlah besar siswadengan stimulus pengalaman yang relative sama mengenai kejadian itu
E. Peranan Media Pembelajaran
Seorang guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar harus memiliki gagasan yang bertujuan untuk pembuatan desain pembelajaran, sebagai titik awal dalam melaksanakan komunikasi dengan peserta didik, perlu diperhatikan adanya unsur-unsur yang dapat berjalan secara efektif dan efesien, perlu mengenal tentang pengaruh ruang, waktu, pendengar (penerima pesan atau peserta didik) serta sarana dan prasarana yang tersedia.
Peran dari media pembelajaran anatara lain sebagai berikut:
A. Mengatasi perbedaan pribadi peserta didik, contoh: seorang anak didik yang bermukim di pedalaman yang belum pernah melihat keindahan alam bawah laut dapat menggunakan media film dokumenter tentang kelautan atau kaset-kaset tentang itu.
B. Mengatasi batas-batas ruang kelas Benda-benda yang ingin dijadikan objek sangat sulit dibawa kedalam kelas, dapat digantikan melalui film yang berkenaan tentang benda itu.
C. Mengatasi kesulitan apabila secara langsung tidak dapat diamati karena ukurannya sangat kecil, misalnya: melihat sel, bakteri dan atom, dapat digunakan media gambar.
D. Mengatasi suara yang terlalu halus untuk didengar dengan telinga, misalnya: dengan menggunakan alat pengeras suara atau mikrofon.
F. Klasifikasi Media Pembelajaran
1. Klasifikasi media pembelajaran berdasarkan teknologi pembelajaran menurut penggunanya:
a. Media dan teknologi pembelajaran yang penggunanya secara massal, meliputi:
1. Televisi
2. Film
3. Radio
b. Media dan teknologi yang penggunanya secara individual:
a. Laboratorium bahasa
b. Laboratorium ilmu pengetahuan alam
c. Laboratorium ilmu penetahuan sosial
c. Media dan teknologi pembelajaran yang penggunanya secara konvensional. Maksudnya, setiap guru secara individual memegang peranan penting dalam proses belajar mengajar yaitu berupa semua media yang bisa digunakan guru di kelas, laboratorium atau di luar kelas dengan membentuk kelompok kecil maupun kelompok besar.
2. Edgar Dale mengklasifikasikan media pembelajaran berdasarkan pengalaman belajar anak didik, yaitu dari yang bersifat konkrit sampai yang bersifat abstrask. Pengalaman itu meliputi:
a. Pengalaman melalui lambang kata/verbal
b. Pengalaman melalui lambang visual
c. Pengalaman melalui lambang foto album
d. Pengalaman melalui rekaman, video, gambar.
e. Pengalaman melalui gambar hidup
f. Pengalaman melalui televisi
g. Pengalaman melalui model (benda tiruan)
3. Bretz, mengelompokkan media kedalam tujuh kelas, yaitu:
Kelas 1: media audio-motion-visual
Media yang paling lengkap dalam penggunaan di kelas dengan segala kemampuan audio dan visual yaitu meliputi: telivisi, sound, film, video tape, dan film tape recording.
Kelas II: media audio-still-visual
Media ini dapat menampilkan suara maupun gambar tanpa gerak misalnya: sound, film-strip, sound slide set.
Kelas III: media audio-still-audio yaitu media yang dapat menampilkan suatu motion yang berupa titik-titik penuh atau utuh misalnya: telewriting dan recorder telewriting.
Kelas IV; media audio-still-visual: seperti media kelas dua kecuali suara audio, yaitu berupa media silent film.
Kelas V: media audio-still visual: berkemampuan untuk menyampaikan informasi secara visual tetapi tidak dapat menyajikan motion. Yang termasuk kedalam media ini ialah halaman cetak, film-strip, gambar.
Kelas VI: Media audio-still, yaitu media yang menggunakan suara semata-mata sperti radio dan tape recorder.
Kelas VII: media yang hanya menampilkan symbol-symbol yang berisikan informasi.
4. Dari bermacam-macam media audio visual dapat dibedakan menjadi tiga jenis (Soegito Atmohoetomo)
1) Medai audio (media dengar)
Medianya hardwarenya sofware
a.TV pesawat televisi program televisi
b. Piringan hitam pesawat televisi program televisi
c. tape kaset tape recorder kaset isi program
2) Media visual (media penglihatan) dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
a. Projected: penampilannya perlu diproyeksikan, contoh: OHP
b. Non Projected: penampilannya tidak perlu diproyeksikan, misalnya: wallsheet, contoh: peta, chart, diagram, poster. Model contohnya miniatur dan market. Objek.

3). Media audio visual (media pandang dengar)
Medianya hardware software
TV peswat TV program TV
Radio pesawat radio program radio
Sound projector slide slide cassette
5. klasifikasi media pengajaran berdasarkan asli dan tiruan yang digunakan dalam media tersebut.
a. spesimen makhluk hidup
1. akuarium yang berisi ikan dan tumbuh-tumbuhan
2. Terrarium yang berisikan hewan darat
3. kebun binatang
4. insektarium berupa kotak yang berisi serangga
b. spesimen makhluk yang sudah mati, antara lain berupa:
1. diaroma: pameran hewan dan tumbuh-tumbuhan yang telah dikeringkan dengan kedudukan seperti aslinya di alamnya.
2. pengawatan hewan dalam botol
3. Taksidemi: kulit hewan yang dibentuk kembali sesuai aslinya
G. Fungsi dan Manfaat Media Pengajaran
Di dalam suatu proses belajar mengajar ada dua unsur yang amat penting adalah metode mengajar dan media pengajaran kedua aspeknya saling berkaitan pemilihan salah satu metode mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis media yang sesuai meskipun masih ada aspek yang lain yang harus diperhatikan dalam memilih media. Dapat dikatakan fungsi media pengajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.
Penggunaan media pengajaran dalam proses belajar mengajar dapat mmbangkitkan keinginan dan minat yang baru. Membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pengajaran pada tahap orientasi pengajaran akan sangat membantu proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada sat itu.
Levie dan Lentz (1982) mengemukakan 4 fungsi media pengajaran khususnya media visual yaitu:
a. Fungsi Atensi, media visual yang merupakan inti yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai materi pelajaran.
b. Fungsi Afektif, media visual dapat terlihat dari kenikmatan siswa ketika belajr atau membaca teks yang bergambar. Gambar atau lambang visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa, misalnya: informasi yang menyangkut maslaah sosial atau ras.
c. Fungsi Kognitif, media fisual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian untuk memahami dan mengingat informasi yang terkandung dalam gambar.
d. Fungsi Konpensantoris, media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa media visual memberikan konteks untuk memahami teks membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali.
Media pengajaran menurut kemp dan Dayton (1985) dapat memenuhi tiga fungsi utama apabila media itu digunakan untuk perorangan, kelompok atau kelompok pendengar membesar jumlahnya yaitu:
1. Memotivasi minat atau tindakan
2. Menyajikan informasi
3. Memberi informasi
Untuk memenuhi fungsi motivasi, media pengajaran dapat direalisasikan dengan teknik drama atau hiburan untuk tujuan informasi, media pembelajran dapat digunakan dalam penyajian indormasi dihadapan sekelompok siswa. Isi dan bentuk penyajian bersifat amat umum, berfungsi sebagai pengantar ringkasan laporan atau pengetahuan latar belakang. Menurut Kemp dan Dayton, meskipun telah lama disadari bahwa banyak keuntungan pengguna media pengajaran penerimaannya serta keintegrasian kedalam program-program pengajaran berjalan amat lambat. Mereka mengemukakan beberapa hasil penelitian yang menimbulkan dampak positif dari penggunaan media sebagai integral pembelajaran di kelas.
Dale (1969), mengemukakan bahwa bahan-bahan audio visual dapat memberikan banyak manfaat asalkan guru dapat memberikan manfaat dan guru berperan aktif dalam proses pembelajaran.
Ensyclopedia of educational research dalam Hamalick (1994) merincikan manfaat media pembelajaran dalam proses pembelajaran sebagai berikut:
1. Meletakkan dasar-dsar yang konkret untuk berfikir
2. Memperbesar perhatian siswa
3. Meletakkan dasar-dasar yang terpenting untuk perkembangan belajar.
4. Memberikan pengalaman nyata yang dpaat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri dikalangan siswa.


ILMU

A. Dasar Hukum Menuntut Ilmu
Didalam syariat Islam tuntutan menuntut ilmu sangat dianjurkan, bahkan hukumnya wajib. Kewajiban ini dilaksanakan setelah seorang muslim mencapai akal baligh atau muallaf. Kewajiban menuntut ilmu didasari oleh sabda Rasulullah saw.
Artinya: “menuntut ilmu itu wajib bgi setiap muslim laki-laki maupun wanita”.
Ditinjau dari segi ilmu yang dituntut, ilmu itu ada yang hukumnya fardhu ‘ain dan ada yang fardhu kifayah. Ilmu yang hukumnya fardhu ‘ain yaitu suatu ilmu yang apabila tidak dituntut oleh seorang muslim akan membawanya kepada kebinasaan, dan berdosa bila tidak ia pelajari. Sedangkan ilmu yang sifatnya kifayah yaitu suatu ilmu yang apabila dipelajari oleh seorang saja, maka telah lepas kewajiban yang lain. Hal ini bukan berarti kita tidak disuruh dan harus bermalas-malasan, akan tetapi kita hatus mempelajarinya demi kepentingan diri sendiri, masyarakat maupun bangsa.
Oleh sebab itu jagnanlah kita mengabaikan kewajiban menuntut ilmu itu, apakah kita telah dengan sabda Nabi di atas tentang wajibnya menuntut ilmu. Ilmu yang kita tuntut haruslah ilmu agama terlebih dahulu, karena ilmu agama merupakan ilmu dasar yang harus dimiliki oleh setiap muslim, sehingga seornag muslim dapat menjadi seseorang yang matang dalam beragama. Selanjutnya baru ilmu umum, hal ini dilakukan agar seorang muslim dapat melahirkan suatu studi-studi yang berlandaskan keislaman.
Keutamaan Ilmu
Menuntut ilmu lebih utama daripada jihad, sholat, puasa dan haji.
Salah satu keutamaan menuntut ilmu adalah lebih utama dibandingkan sholat, puasa, haji dan juhad. Hal ini berdasarkan hadits yang berbunyi:
Artinya: “mnenuntut ilmu itu lebih utama daripada sholat, puasa, haji dan jihad fisabilillah (HR. Dailami).
Kenapa menuntut ilmu itu lebih utama daripada keempat amal tersebut di atas? Hal ini dikarenakan ilmu merupakan imamnya amal sholat tanpa didasari ilmu maka akan bertolak, begitu juga dengan puasa, haji dan jihad tanpa didasari ilmu maka semua itu akan bertolak dan tidak dapat diterima.
Dalam hadits lain juga diterangkan bahwa menuntut ilmu lebih utama daripada keempat ibadah tersebut. Hadits yang menyatakan menuntut ilmu lebih utama darpada sholat adalah:
Artinya: “apabila masuk waktu pagi, sedangkan engkau mempelajari satu ilmu maka itu lebih baik bagimu daripada sholat seratus raka’at”.
Dan adapun dalil lain yang menyatakan menuntut ilmu lebih utama daripada jihad adalah:
Artinya: “mempelajari diwaktu pagi dan petang lebih utama disisi Allah daripada berjuang di jalan Allah.
Dari keterangan beberapa hadits di atas, jelaslah bagi kita bahwa menuntut ilmu itu lebih utama daripada sholat, puasa, haji dan jihad. Jadi kalau kita renungkan secara mendalam sungguh besar sekali keuramaan menuntut ilmu itu, kalau kita perhatikan keutamaan sholat,puasa, haji dan jihad, tentu saja kita tidak dapat membayangkan balasan yang Allah berikan kepada orang yang mengamalkannya. Oleh karena itu pupuklah dalam diri kita semangat menuntut ilmu itu agar kelak kita dapat menjadi generasi-generasi yang intelek dalam agama maupun sains.
Memudahkan jalan kesurga
Keutamaan lain daripada menuntut ilmu adalah memberikan sesuatu kemudahan bagi orang yang menuntut ilmu itu menuju surge, sebagaimana sabda Nabi saw:
Artinya: “setiap sesuatu itu ada jalan dan jalan ke surge adalah ilmu”.
Berdasarkan hadits di atas kita pahami bahwa apabila seseorang mendambakan nikmatnya surge, haruslah memiliki ilmu. Amal-amal seseorang yang menyebabkan ia masuk kedalam surge adalah amalan yang didasari ilmu, sebagaimana seseorang dapat beramal secara sempurna kalau bukan dengan ilmu.
Di dalam hadits lain juga Rasulullah SAW mengisyaratkan kepada kita agar menuntut ilmu sebagai seuatu jalan yang memudahkan kita masuk ke dalam surga.
Artinya: “barang siapa yang menempuh jalan untuk menuntut ilmu, Allah akan memudahkan langkahnya menuju surge. (HR. Bukhori dan Muslim).
Dari keterang dua hadits di atas, dapat kita cerna bahwa apabila seseorang menghendaki seuatu kemudahan menuju surge-Nya Allah, jalannya adalah menuntut ilmu.jadi jika kita ingin jalan kita dimudahkan oleh Allah SWT menuju surge-Nya, maka tuntut ilmu itu sampai akhr hayat, sebagaimana sabda Nabi saw:
Artinya: “tuntutlah ilmu itu dari buaian sampai keliang lahat”.
Menuntut ilmu lebih utama dari pada harta
Kehancuran Islam pada zaman dahulu merupakan suatu pelajaran yang harus selalu diingat oleh setuap muslim. Dimana sebagai ummat yang maju pada saat itu, Islam dengan ilmunya menjadi sorotan Negara-negara Barat. Hal ini tentu saja menimbulkan suatu taktik bagi Negara Barat bagaimana menghancurkan Islam, karena para ulama mulai sibuk dengan urusan duniawi, maka orang barat dengan mudah megnhancurkan orang Islam dengan penawaran-penawaran harta. Sehingga lambat laun banyak orang-orang barat belajar kepada orang Islam yang mana tujuannya adalah untuk menghancurkan Islam.
Pada saat mencapai puncak kejayaan, ummat Islam terlena dengan hasil penemuan-penemuannya tanpa mewaspadai orang kafir. Sehingga orang kafir menyerang pusat-pusat studi Islam dan menghancurkannya.
Jadi berkenaan dengan keutamaan menuntut ilmu ini adalah dimana kita harus memiliki prinsip menuntut ilmu lebih penting daripada mengejar harta. Kalau kita mengejar harta, kita tidak akan mendapatkannya melainkan bila kita mengejar ilmu maka harta akan mengikut, sebagaimana sabda nabi saw:
Artinya: Nabi Sulaiman as disuruh memilih antara harta, kekuasaan dan ilmu, lalu ia memilih ilmu, sebab itu diberikan kepadanya kekuasaan dan harta.
Dalam satu riwayat juga dijelaskan bahwa Ali karromallohu wajha pernah ditanya oleh sepuluh orang dengan pertanyaan yang sama dan ia menjawab dengan jawaban yang berbeda berdasarkan ilmunya. Suatu hari Ali ditanya oleh sepuluh orang dengan pertanyaan: “mana yang lebih utama ilmu daripada harta?, jawab Ali yang pertama: ilmu, karena ilmu warisan para nabi sedangkan harta adalah warisan Qorun, maka berlalu seorang dan dating orang kedua dengan pertanyaan yang sama: mana lebih utama ilmu daripada harta? Jawab Ali: ilmu, karena ilmu memperbanyak teman sedangkan harta membuat permusuhan”.
Setelah orang kedua pergi, datanglah orang yang ketiga dengan pertanyaan yang sama, jawab Ali: tetap ilmu, alasannya ilmu bertambah sedangkan harta berkurang”. Begitulah jawaban Ali selalu berbeda dalam memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Sehingga pantaslah Rasulullah saw bersabda:
Artinya: “Aku adalah kota ilmu dan Ali pintunya”.
Menuntut ilmu menimbulkan rasa takut kepada Allah SWT
Apabila seseorang bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu maka akan timbul perasaan takut kepada Allah SWT, karena orang yang menuntut ilmu akan selalu senantiasa was-was terhadap ilmu yang dituntutnya apakah ilmu itu benar atau tidak, apalagi orang yang berilmu mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk dalam pandangan Allah SWT merasa takut terjerumus ke dalam kesesatan. Firman Allah SWT:
Artinya: “sesungguhnya orang yang takut kepada Allah diantara hambanya hanyalah orang yang berilmu. Sebagiaman kita ketahui bahwa para ulama-ulama hanya takut kepada Allah, hal ini diakrenakan ilmu mereka yang begitu tinggi, sehingga mereka lebih memahami agama ketimbang orang yang memberikan ilmu tapi sombong. Semakin dalam orang menuntut ilmu semestinya orang itu semakin tawadhu’, tapi kenapa yang terjadi sekarang berbeda dengan ulama terdahulu. Hal ini dikarenakan ulama-ulama sekarang tiak sedikitpun merasakan takut kepada Allah, mengeluarkan fatwa menurut kemauan sendiri.
Hal inilah yang harus kita perhatikan sebagai seorang penuntut ilmu. Merasa ketakutan akan suatu ilmu yang didapat akan menyebabkan rasa takut kepada Allah, dimana ia takut bahwa ilmu yang ia dapat menyadari perintah dan larangan Allah.
Balasan bagi Orang yang Menuntut Ilmu
Allah akan meninggikan derajatnya
Di dalam al-Qur’an surat al- Mujadalah ayat 11 Allah berfirman:
11 Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.
Begitulah sayangnya Allah kepada orang yang beriman dan berilmu diberikan suatu derajat yang lain disisi-Nua. Ibnu Abbas berkata bahwa derajat diantara ulama degan seorang mukmin ibarat satu banding 700 derajat, jarak satu derajat saja adlaah lima ratus tahun. Hal ini tntu saja menggambarkan bahwa kedudukan para ulama begitu tinggi sekali dalam ajaran Islam. Bahkan dalam beberapa hadits diterangkan bahwa kedudukan ulama adlaah sebagai pewaris Nabi:
Arinya: “ualam adalah pewaris para Nabi”.
Hadits lain juga menerangkan bahwa kedudukan ulama setingkat dengan nabi, hal ini diakrenakan ulama merupakan penggantu Nabi untuk menyebarkan agama. Sehingga para hari kiamat kelak para ulama dapat memberikan syafaat kepada ummat Islam sebagaimana sabda Nabi:
Artinya: “pada hari kiamat nanti yang dpat memberikan pertolongan adalah nabi, kemudian ulama kemudian syuhada”.
Oleh karena itu, muliakanlah para ulama, karena tanpa mereka siapa lagi yang akan menuntutn kita untuk mengenal Allah. Lagipula memuliakan ulama sama seperti memuliakan Allah dan Rasul-nua, sebagimana sabda Nabi:
Artinya: “dari Jabir ra berkata: Rasulullah bersabda: “hormatilah ulama, kerna mereka pewaris Nabi, maka siapa yang memuliakan ualam berarti memuliakan Allah dan Rasul-Nya.
Hadits ini menerangkan begitu pentingnya memuliakan ulama,agar kelak kita dapat mewarisi yang mereka punya.
Memiliki kepahaman dalam agama
Di dalam literature hadits diterangkan bahwa orang yang mengajarkan ilmu serta mengamalkannya akan diberikan suatu kebaikan dengancara pemahaman tentang masalah agama. Oleh Allah, hal ini tentu saja suatu kelebihan yang susah dicari dan sangat jarang ditemui untuk sekarang ini.
Hadits nabi yang menerangkan hal ini adalah:
Artinya: “Ilmu itu jiwa Islam dan tiang iman. Siapa yang mengajarkan ilmu Allah akan mencukupkan pahalanya dan siapa yang mempelajari ilmu dan mengamalkan ilmunya, nanti Allah akan mengajarkan padanya apa yang belum diketahuinya”.
Hadits ini juga diperkuat oleh hadits-hadits yang diriwayatkan oleh Bukhori dalam kitab Abi Jamroh yang berbunyi:
Artinya: “Siapa yang dikehndaki Allah memperoleh kebaikan diberinya kepemahaman dalam urusan agama”. (HR. Bukhori Muslim dari Mu’awiyah)
Tapi sebaliknya apabila suatu ilmu tidak diamalkan dan diajarkan, maka Allah akan memberikan suatu balasan yang buruk. Sebagimana diterangkan oleh hadits dibawah ini:
Artinya: ‘orang yang berilmu, amal, dan ilmu masuk dalam surge, tetapi apabila orang yang tidak beramal denganilmunya maka ilmu dan amak masuk surge sedangkan orang berilmu masik kedalam neraka:.
Berdasarkan keterangan dan perbandingan hadits di atas dapat kita teliti dan simpulkan bahwa orang yang memiliki ilmu tapi tidak diajarkan ibarat pohon tnpa berbuah tapi apabila seseorang berilmu kemudian dia ajarkan, iabarat pohon yang memiliki buah.

REFERENSI
Al-Ghazali, Mutiara Ihya ‘Ulumuddin, (Al-Mizan: bandung,1996)
Fakhruddin HS, Hadits-Hadits Pilihan, (Bami Aksara: Bandung, 1996)
Muhammad bin Ali Syafi’I, Abi Jamroh.
Muhammad bin Abu Bakar, Ushfuriyah,