PROPOSAL SKRIPSI
HUBUNGAN METODE DEMONSTRASI DENGAN PEMAHAMAN SISWA TERHADAP MATERI PELAJARAN AGAMA
PADA PONDOK PESANTREN AL-ANSOR MANUNGGANG JULU KECAMATAN PADANGSIDIMPUAN TENGGARA
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu komponen keterampilan dan keahlian yang harus dikuasai guru atau calon guru dalam kegiatan pembelajaran dalam meningkatkan mutu pendidikan adalah kemampuan guru menyampaikan pesan-pesan pembelajaran kepada siswa. Dalam menyampaikan pesan-pesan serta memberikan sejumlah mata pelajaran dan input kepada siswa, seorang guru dituntut untuk pandai melakukan perannya dalam membawa anak didik sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Tentunya dalam hal ini adalah bagaimana seorang guru memilih dan menggunakan metode dalam proses belajar mengajar yang sesuai dengan materi pelajaran dan kebutuhannya, serta tujuan yang seharusnya dicapai. Guru dalam proses belajar mengajar harus mengalami perkembangan dalam meningkatkan kualitas pendidikan seperti ada sebuah perkataan bahwa guru :
- Merupakan salah satu komponen dari pada proses pendidikan
- Merupakan alat mencapai tujuan, yang didukung oleh alat-alat bantu mengajar
- Merupakan kebulatan dalam suatu sistem pendidikan1
Dengan kata lain bahwa guru mempunyai peranan yang penting dan sangat menentukan dalam memberikan materi pelajaran, dan dapat menggunakan metode pengajaran yang tepat sehingga siswa dapat mengintegrasikan antara ilmu secara teoritis yang diperoleh, dan diharapkan siswa itu mengerti dan lebih dari itu serta mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan di luar sekolah atau di lingkungan masyarakat.
Metode mengajar yang baik dan serasi terhadap materi pelajaran adalah suatu hal yang sangat penting dilakukan oleh pendidik di dalam tiap-tiap situasi penyajian pengajaran di dalam kelas, sebab hal tersebut merupakan kebutuhan di dalam proses belajar mengajar untuk menciptakan suasana yang dapat membuat anak didik mampu mencapai tujuan pendidikan yang ditentukan.
Kemudian perlu diketahui bahwa metode mengandung arti yang sangat penting mengingat dalam menggunakan metode prinsip-prinsip yang bersifat ilmu jiwa secara sehat dan baik perlu dipertimbangkan, agar metode yang digunakan relevan dengan jiwa, semangat dan kemauan anak didik, akhirnya metode yang digunakan dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap mata pelajaran yang disampaikan.
Dengan menggunakan metode yang efektif dan efisien akan dapat mendorong siswa untuk lebih serius, semangat dan konsentrasi dalam mengikuti proses belajar mengajar. Jadi dengan adanya metode yang tepat (sesuai dengan situasi dan kondisi) akan dapat menghindari rasa kebosanan dan kejenuhan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar.
Metode pengajaran merupakan suatu cara yang ditempuh guru untuk menciptakan situasi pembelajaran yang dapat menyenangkan dan mendukung kelancaran proses belajar, tentunya guru dituntut untuk memiliki keahlian dalam menggunakan berbagai metode. Keberhasilan proses belajar mengajar sangat ditentukan oleh faktor metodologi pengajaran yang diberikan oleh pendidik kepada anak didik.
Oleh karena itu agar proses belajar mengajar dapat berjalan secara efektif dan efisien, maka dalam hal ini dituntut serta diharapkan berbagai metode-metode pengajaran yang harus dapat dikuasai oleh pendidik yang tujuannya untuk menarik minat dan meningkatkan pemahaman para siswa terhadap pelajaran yang disampaikan oleh pendidik/ guru.
Secara obyektif diakui bahwa banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar siswa, baik kualitas input materi, metode, sistem evaluasi, sarana, motivasi dan lingkungan, tetapi peran penentu terdepan tinggi rendahnya kualitas lulusan sekolah adalah kemampuan dasar atau kompetensi professional guru.
Sebagai guru yang professional ia harus memiliki kompetensi dalam proses belajar mengajar. Kompetensi atau kemampuan guru yang dimaksud kaitannya dengan keberhasilan guru dalam mengklasifikasikan metode dalam mengajar materi pelajaran khususnya pelajaran agama, dalam arti guru memilih metode yang mana yang tepat untuk digunakan dalam menyampaikan materi pelajaran agama terhadap siswanya.
Pada pelajaran agama siswa tidak hanya dituntut untuk mengerti ajaran agama, tetapi lebih dari itu siswa juga dituntut untuk dapat mengaktualisasikan apa yang telah dipelajarinya dalam alam nyata pada kehidupan sehari-hari. Agar siswa lebih mudah mengerti dan memahami untuk kemudian dapat mengaktualisasikan pelajaran agama yang telah diperolehnya, maka siswa perlu dilatih dan dibiasakan untuk mempraktekkan secara langsung pelajaran agama yang telah diterima dari guru. Metode demonstrasi merupakan metode yang banyak memberikan peluang dan kesempatan kepada guru dan siswa untuk langsung mempraktekkan pelajaran, sehingga penggunaan metode demonstrasi dalam pelajaran agama sangat perlu untuk mencapai tujuan pendidikan.
Untuk menanamkan pemahaman kepada siswa tidak selamanya berlangsung secara teoritis dengan ceramah, tanya jawab atau diskusi, tetapi yang tidak kalah pentingnya adalah mendemonstrasikan materi pelajaran tersebut di depan kelas, sehingga semua siswa dapat melihat secara langsung bagaimana caranya melaksanakan suatu ibadah. Demonstrasi sebagai salah satu metode yang sifatnya aktif, menuntut guru secara aktif untuk mendemonstrasikan materi pelajaran yang akan diajarkan.
Berdasarkan uraian-uraian di atas, dapat dilihat betapa pentingnya penggunaan metode demonstrasi dalam bidang studi agama. Yang menjadi persoalan adalah minimnya (kurangnya) frekuensi penggunaan metode demonstrasi ini, padahal melihat perannya yang sangat penting seharusnya metode demonstrasi mendapat perhatian yang lebih besar.
Sehubungan dengan hal itu, penulis tertarik untuk meneliti masalah ini dengan judul “HUBUNGAN METODE DEMONSTRASI DENGAN PEMAHAMAN SISWA TERHADAP MATERI PELAJARAN AGAMA PADA PONDOK PESANTREN AL-ANSOR MANUNGGANG JULU KECAMATAN PADANGSIDIMPUAN TENGGARA”.
Pada prinsipnya banyak faktor yang mempengaruhi penggunaan metode demonstrasi dalam menyampaikan materi pelajaran agama. Namun bila digolongkan dapat di bagi kedalam dua kelompok yaitu : Faktor Internal dan Faktor Eksternal. Faktor Internal adalah faktor yang datang dari guru itu sendiri, sedangkan Faktor Eksternal adalah faktor yang datangnya dari luar diri guru.
Dalam penelitian ini, apabila dirincikan adalah sebagai berikut :
- Guru tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang pelaksanaan metode demonstrasi.
- Guru tidak berpengalaman secara optimal dalam menggunakan metode demonstrasi dalam proses belajar mengajar.
- Guru kurang memiliki sarana dan prasarana dalam melaksanakan metode demonstrasi dalam menyampaikan materi pelajaran agama.
- Waktu yang dimiliki untuk melaksanakan metode demonstrasi tidak cukup memadai sehingga guru tidak mendemonstrasikannya.
- Sebagian guru ada yang hanya menggunakan metode ceramah dan latihan, dan jarang menggunakan metode yang lainnya.
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penulis membatasi masalah pada dua aspek :
- Pelaksanaan metode demonstrasi dalam menyampaikan materi pelajaran agama di Pondok Pesantren Al- Ansor Manunggang Julu kecamatan Padangsidimpuan Tenggara.
- Hubungan Metode Demonstrasi terhadap Pemahaman Siswa dalam Materi Pelajaran Agama di Pondok Pesantren Al- Ansor Manunggang Julu kecamatan Padangsidimpuan Tenggara.
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
- Bagaimana pelaksanaan metode demonstrasi pada materi pelajaran agama di Pondok Pesantren Al-Ansor Manunggang Julu Kec. Padangsidimpuan Tenggara?
- Bagaimana tanggapan siswa terhadap metode demonstrasi yang digunakan oleh guru dalam materi peljaran agama di Pondok Pesantren Al- Ansor Manunggang Julu Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara?
- Hambatan-hambatan apa saja yang ditemui guru dalam menggunakan metode demonstrasi pada materi pelajaran agama di Pondok Pesantren Al-Ansor Manunggang Julu Kec. Padangsidimpuan Tenggara?
- Apakah ada hubungan metode demonstrasi terhadap pemahaman siswa pada materi pelajaran agama di Pondok Pesantren Al-Ansor Manunggang Julu Kec. Padangsidimpuan Tenggara?
Sesuai dengan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :
- Pelaksanaan metode demonstrasi yang digunakan pada Pondok Pesantren Al-Ansor Manunggang Julu Kec. Padangsidimpuan Tenggara?
- Tanggapan siswa terhadap metode demonstrasi yang digunakan oleh guru dalam materi pelajaran agama di Pondok Pesantren Al-Ansor Manunggang Julu Kec. Padangsidimpuan Tenggara?
- Sarana-sarana yang mendukung pada metode demonstrasi pada Pondok Pesantren Al-Ansor Manunggang Julu Kec. Padangsidimpuan Tenggara?
- Hubungan metode demonstrasi terhadap pemahaman siswa pada materi pelajaran agama di Pondok Pesantren Al-Ansor Manunggang Julu Kec. Padangsidimpuan Tenggara?
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis. Manfaat secara teoritis berupa pengembangan ilmu yang relevan dengan masalah penelitian ini. Sedangkan secara praktis penelitian ini bermanfaat bagi :
- Kepala sekolah agar lebih meningkatkan kemampuan dan keterampilan guru melalui berbagai kegiatan, seperti seminar profesionalisme guru, pelatihan keterampilan, dan lain-lain.
- Guru agar senantiasa menambah wawasan pengetahuan tentang metode demonstrasi dan mampu mengadakan pembelajaran sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
- Sebagai persyaratan dan perlengkapan tugas-tugas dalam memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Tarbiyah IAIN-SU Medan.
- Sebagai bahan pengembangan wawasan dan ilmu pengetahuan bagi penulis khususnya dalam karya ilmiah.
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Kerangka Teori
1. Pengertian Metode Mengajar
Metode berasal dari bahasa Yunani “Greek”, yakni “Metha”, berarti melalui, dan “Hadas” artinya cara, jalan, alat atau
Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, susunan W. J. S. Poerwadarmita, bahwa “Metode adalah cara yang teratur dan berpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud”.3 Sedangkan dalam kamus Praktis Ilmiah Populer pengertian metode adalah “cara kerja yang teratur dan sistematis untuk pelaksanaan sesuatu”.4
Dalam Ensiklopedi Pendidikan : “Metode berarti jalan, cara yang tepat untuk melakukan sesuatu. Metodik adalah cara mengajar. Dalam mengajar ada hukum-hukum dan peraturan-peraturan yang berlaku untuk pengajaran”.5
Sedangkan secara terminologi menurut Mulyanto Sumardi, bahwa metode adalah rencana menyeluruh yang berhubungan dengan penyajian materi pelajaran secara teratur dan tidak saling bertentangan dan didasarkan atas approach.6 Selanjutnya H. Muzayyin Arifin mengemukakan bahwa metode adalah salah satu alat atau cara untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.7
Dari beberapa pengertian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa metode adalah cara atau alat yang sebelumnya sudah dipersiapkan untuk melaksanakan suatu kegiatan guna untuk mencapai suatu tujuan yang diharapkan atau ditentukan.
Pengajaran ialah merupakan suatu aktivitas mengajar dan belajar. Dapat digambarkan bahwa yang berperan di dalamnya yaitu guru dan peserta didik. Aktivitas mengajar ini akan menyangkut peranan guru yang mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam hal tersebut. Agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik dan mampu mencapai tujuan yang sudah ditetapkan maka seorang guru harus dapat memilih dan menggunakan metode pengajaran yang tepat dengan materi pelajaran yang akan disamapaikan.
Siti Halimah mengemukakan bahwa metode pengajaran merupakan suatu cara yang ditempuh guru untuk menciptakan situasi pembelajaran yang dapat menyenangkan dan mendukung kelancaran proses belajar, agar tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan.8
Dari pendapat tersebut penulis menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan metode pengajaran itu adalah cara atau teknik seorang guru dalam menyampaikan pelajaran agar pelajaran tersebut dapat menarik perhatian siswa.
Untuk menciptakan situasi belajar yang dapat mendukung kelancaran proses belajar, sangat dituntut kepada para guru untuk memiliki keahlian, keterampilan serta pengetahuan dalam menyampaikan pelajaran. H. Ahmad Sabri mengemukakan Metode pembelajaran adalah cara-cara atau teknik penyajian bahan pelajaran yang akan digunakan oleh guru pada saat menyajikan bahan pelajaran, baik secara individual atau kelompok.9
Dari defenisi yang dikemukakan di atas dapat dipahami bahwa metode mengajar itu adalah cara atau jalan yang ditempuh atau diterapkan dalam proses belajar mengajar di dalam kelas supaya proses belajar mengajar menyenangkan dan mudah siswa untuk memahami apa yang diterangkan. Jelas bahwa kegiatan itu direncanakan atau diterapkan dengan cara terencana dalam suatu kegiatan belajar mengajar.
Setiap pendidik tentunya akan senantiasa memiliki tujuan bahwa ia harus berhasil dalam proses belajar mengajar dan memberikan hasil yang terbaik dalam tugasnya. Agar proses belajar mengajar itu berhasil maka pendidik harus senantiasa memperhatikan faktor-faktor pendukung keberhasilan proses belajar mengajar tersebut. Kesalahan dalam memahami dan melaksanakan proses tersebut akan memberikan dampak yang telah ditentukan. Salah satu faktor yang sangat menentukan tersebut adalah kemampuan guru dalam menerapkan metode mengajar yang baik dan sesuai dalam proses belajar mengajar.
H. Ahmad Sabri mengemukakan Syarat-syarat yang harus diperhatikan seorang guru dalam penggunaan metode pembelajaran adalah :10
1. Metode yang dipergunakan harus dapat membangkitkan motif, minat atau gairah belajar siswa.
2. Metode yang digunakan dapat merangsang keinginan siswa untuk belajar lebih lanjut, seperti melakukan inovasi dan ekspotasi.
3. Metode yang digunakan harus dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk mewujudkan hasil karya.
4. Metode yang digunakan harus dapat menjamin perkembangan kegiatan kepribadian siswa.
5. Metode yang digunakan harus dapat mendidik murid dalam teknik belajar sendiri dan cara memperoleh pengetahuan melalui usaha pribadi.
Dari hal tersebut apabila seorang guru ingin menggunakan metode dalam pembelajaran, maka seorang guru harus mengetahui persyaratan-persyaratan tersebut. Apakah metode yang sudah digunakan sesuai dengan tujuan yang harus dicapai? Karena metode yang digunakan harus dapat menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai dan sikap siswa dalam kehidupan sehari-hari.
Keberadaan metode mengajar merupakan alat yang dalam fungsinya terutama dalam hal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Selain dari itu metode mengajar juga mempunyai arti penting baik bagi para guru maupun para siswa. Guru akan lebih mempertimbangkan nilai-nilai efektif dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa. Sedangkan bagi siswa, mereka akan memperoleh kemudahan dalam hal menerima dan memahami materi pelajaran yang disampaikan oleh gurunya. Hal tersebut juga disampaikan oleh Tayar Yusuf sebagai berikut :
Metode Mengajar itu ialah suatu cara tertentu yang tepat dan serasi untuk menyajikan suatu materi pelajaran, sehingga tercapai tujuan pelajaran tersebut, baik tujuan jangka panjang (tujuan umum), dimana murid merasa mudah menerima (mengerti) pelajaran tersebut sehingga tidak terlalu memusingkan (memberati) pikiran mereka dan murid-murid menerima pelajaran tersebut dengan cara lega, optimis, dan penuh minat.
Dengan demikian penulis menjelaskan bahwa metode mengajar adalah cara-cara atau jalan yang akan ditempuh dalam pelaksanaan proses belajar mengajar yaitu bagaimana menyampaikan pelajaran dengan baik kepada anak didik., maksudnya jika metode mengajar yang digunkan baik dan tepat, maka tujuan pendidikan besar kemungkinan akan dapat dicapai.
Allah berfirman dalam Surat An-Nahl ayat 125 yang berbunyi :
Dari ayat tersebut dapat dipahami bahwa dalam menyeru manusia kepada jalan Allah harus dengan cara atau dengan jalan yang baik sehingga orang dengan sadar tanpa merasa terpaksa mengikuti jalan kebaikan yang telah disampaikan tersebut. Dari ayat tersebut juga dapat dipahami bahwa Islam mempunyai konsep tentang metode, yaitu metode mengajar yang digunakan untuk mengajak dan menyeru orang lain kepada jalan yang benar.
2. Metode Demonstrasi dan Pelaksanaannya
Menurut Imansyah Alipandie bahwa metode demonstrasi ialah “suatu metode mengajar yang dilakukan guru atau seseorang lainnya dengan memperlihatkan kepada seluruh kelas tentang suatu proses atau atau suatu cara melakukan sesuatu”.[11] Kemudian menurut H. Ahmad Sabri Metode demonstrasi adalah :suatu metode mengajar yang memperlihatkan bagaimana proses terjadinya sesuatu:.12( H. Ahmad Sabri, M.Pd, Strategi belajar mengajar & micro teaching).
Sedangkan Roestiyah mengemukakan metode demonstrasi adalah “cara mengajar di mana seorang instruktur/ atau tim guru menunjukkan, memperlihatkan suatu proses”.13 (Roestiyah N.K, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta, bina aksara, cet III, 1989).
Selanjutnya Djamarah mengemukakan Metode demonstrasi adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan meragakan atau memperttunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan, yang sering disertai dengan penjelasan lisan.14
Dari defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa metode metode demonstrasi dapat dilakukan/ diterapkan oleh guru dengan cara menjelaskan suatu konsep atau meragakan suatu proses untuk setiap kali memberikan materi pelajaran sekolah, dan metode demonstrasi juga dalam belajar mengajar dapat membantu siswa menjawab sesuatu dari suatu maslaah dengan data yang benar, yaitu dengan memperlihatkan bagaimana terjadinya proses tersebut.
Dari berbagai kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam menyampaikan materi dalam proses pembelajaran seorang guru dituntut untuk dapat menguasai berbagai metode, antara lain yaitu metode demonsrtasi yang mana dalam metode ini guru dan siswa sama-sama dituntut untuk aktif ketika proses belajar mengajar, yang mana guru menunjukkan dan memperagakan dihadapan siswa bagaimana proses terjadinya sesuatu.
Kemudian Fat hurrahman mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan metode demonstrasi adalah “suatu upaya atau praktek dengan menggunakan peragaan yang ditujukan pada siswa yang tujuannya ialah agar supaya semua siswa lebih mudah memahami dan memperaktekkan dari apa yang telah di perolehnya dan dapat mengatasi suatu permasalahan apabila terdapat perbedaan”.15
Sedangkan Siti Halimah menyatakan bahwa metode demonstrasi ialah “suatu cara penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada peserta didik suatu proses, prosedur dan atau pembuktian suatu materi pelajaran yang sedang dipelajari dengan cara menunjukkan benda sebenarnya ataupun benda tiruan sebagai sumber belajar”.16
Kesimpulan dari teori ini bahwa metode demonstrasi ialah metode mengajar yang dilakukan oleh pendidik/ guru dengan cara memperagaka materi pelajaran yang diajarkan di depan para siswa dengan menggunakan alat atau benda yang mendukung bagaimana sesuatu itu bisa dilakukan dengan baik dan tepat serta diharpakan setelah diadakah metode demonstrasi ini siswa mudah paham dan dapat memperagakannya setelah proses pembelajaran selesai dalam kehidupannya sehari-hari.
Suatu metode tidak akan tercapai apabila tidak sesuai dengan teknik atau cara yang tepat untuk melaksanakan metode tersebut. Adapun pelaksanan penggunaan teknik demonstrasi mempunyai tujuan agar siswa mampu memahami tentang cara mengatur atau menyusun bagaimana proses sesuatu itu terjadi. Untuk melaksanakan teknik demonstrasi agar bisa berjalan dengan efektif, maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :17
a. Guru harus mampu menyusun rumusan tujuan instruksional agar dapat memberi motivasi yang kuat pada siswa untuk belajar.
b. Pertimbangkanlah baik-baik apakah pilihan teknik anda mampu menjamin tercapainya tujuan yang telah anda rumuskan.
c. Amatilah apakah jumlah siswa memberi kesempatan untuk suatu demonstrasi yang berhasil, bila tidak anda harus mengambil kebijaksanaan lain.
d. Apakah anda telah meneliti alat-alat dan bahan yang akan digunakan mengenai jumlah, kondisi, dan tempat. Juga perlu mengenal baik-baik atau mencoba terlebih dahulu, agar demonstrasi itu berhasil.
e. Harus sudah menentukan garis besar langkah-langkah yang akan dilakukan.
f. Selama demonstrasi berlangsung guru harus memberi kesempatan pada siswa untuk mengamati dengan baik dan bertanya.
g. Perlu mengadakan evaluasi apakah demonstrasi yang anda lakukan itu berhasil dan bila perlu demonstrasi bisa diulang.
Keuntungan yang di peroleh dari pelaksanaan teknik demonstrasi adalah dengan demosntrasi perhatian siswa lebih dapat terpusatkan pada pelajaran yang sedang diberikan, kesalahan-kesalahan yang terjadi bila pelajaran itu diceramahkan dpaat diatasi melalui pengamatan dan contoh konkrit. Sehingga kesan yang diterima siswa lebih mendalam dan tinggal lebih lama pada jiwanya. Dan selanjutnya akan memberikan motivasi yang kuat pada siswa agar lebih giat belajar. Jadi, dengan demonstrasi itu siswa dapat berpartisipasi aktif, dan memperoleh pengalaman langsung, serta dapat mengembangkan kecakapannya.
3. Kelebihan dan Kekurangan Metode Demonstrasi
Sebagai salah satu metode mengajar yang sifatnya alat bantu yang bersifat non-fisik, mempunyai kelebihan dan kekurangan. Tidak ada satu metode mengajar yang tidak mempunyai kelebihan dan kekurangan, tetapi kelebihan dan kekurangan tersebut mempunyai perbedaan.
Menurut Imansyah Alipandie ada beberapa kelebihan metode demonstrasi yang harus diketahui oleh seorang pendidik, yaitu :18
1. Dengan metode ini para murid dapat menghayati dengan sepenuh hati mengenai pelajaran yang diberikan.
2. Perhatian anak dapat terpusat pada hal-hal penting yang didemonstrasikan.
3. Mengurangi kesalahan-kesalahan dalam mengambil kesimpulan dari apa yang diterangkan guru secara lisan atau apa yang dipelajari di dalam buku, karena murid memperoleh gambaran melalui pengamatan langsung terhadap suatu proses.
4. Masalah-masalah yang mungkin timbul dalam hati anak-anak dapat langsung terjawab.
Kemudian Siti Halimah mengemukakan bahwa kelebihan metode demonstrasi ialah :19
1. Menjadikan bahan pelajaran menjadi jelas dan lebih kongkrit dipahami siswa sehingga dapat menghindari pemahaman yang hanya verbalisme.
2. Memudahkan peserta didik memahami pelajaran dengan cara melihat secara langsung dan prosedur informasi bahan ajar yang disajikan guru.
3. Proses pengajaran lebih menarik dan menyenangkan
4. Dapat merangsang dan memotivasi peserta didik untuk lebih aktif dalam mengamati dan mendorongnya untuk dapat mencobanya sendiri.
5. Dapat menyajikan bahan ajar yang tidak dapat disajikan dengan menggunakan metode lainnya.
Menurut Team Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya bahwa kelebihan metode demonstrasi ialah :20
1. Perhatian siswa dapat dipusatkan kepada hal-hal yang dianggap penting oleh guru.
2. Dapat mengurangi kesalahan-kesalahan bila dibandingkan dengan hanya membaca di dalam buku.
3. Beberapa masalah yang menimbulkan pertanyaan pada diri siswa dapat dijawab waktu mengamati proses demonstrasi.
4. Dapat mengembangkan pengalaman dan kecakapan siswa apabila aktif dalam mendemonstrasikan pelajaran.
Sedangkan dalam situs internet menjelaskan bahwa kelebihan Metode Demonstrasi ialah : 21
1. Perhatian anak didik dapat terpusatkan, dan titik berat yang dianggap penting oleh guru dapat di amati.
2. Dapat merangsang siswa untuk lebih aktif dalam mengikuti proses belajar
3. Dapat menambah pengalaman anak didik
4. Bisa membantu siswa ingat lebih lama tentang materi yang disampaikan
5. Dapat mengurangi kesalah pahaman karena pengajaran lebih jelas dan konkrit.
6. Dapat menjawab semua masalah yang timbul di dalam pikiran setiap siswa karena ikut serta berperan secara langsung.
Dari segi positif metode demonstrasi di atas, jelas mempermudah pemahaman siswa, tetapi disamping itu masih terdapat juga beberapa kelemahan dari metode ini, yaitu :
Kelemahan Metode Demonstrasi Menurut Imansyah Alipandie, yaitu :
1. Apabila sarana peralatan kurang memadai, tidak sesuai dengan kebutuhan atau tidak bisa diamati dengan jelas oleh para murid, maka metode ini kurang efektif.
2. Tidak semua hal dapat didemonstrasikan di dalam kelas.
1. Memerlukan dan menuntut keahlian dan keterampilan guru secara lebih khusus.
2. Adanya keterbatan sumber belajar, alat pelajaran, dan menurut adanya situasi dan kondisi serta waktu-waktu tertentu untuk mendemonstrasikannya
3. Memerlukan waktu yang lebih banyak
4. Memerlukan proses perancangan dan persiapan pembelajaran yang cukup matang dan terencana dengan cara lebih baik dari penggunaan metode lainnya.
Menurut Team Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya bahwa kelemahan metode demonstras metode demonstrasi ialah :
1. Demonstrasi tidak akan efektif bila alat yang didemonstrasikan tidak dapat diamati dengan seksama oleh murid.
2. Tidak semua hal dpat didemonstrasikan di dalam kelas
Sedangkan dalam situs internet menjelaskan bahwa Kelemahan Metode Demonstrasi ialah :
1. Memerlukan waktu yang cukup banyak
2. Memerlukan biaya yang cukup mahal, terutama untuk membeli bahan-bahannya
3. Memerlukan tenaga yang tidak sedikit
4. Apabila terjadi kekurangan media, metode demonstrasi menjadi kurang efesien.
Dari beberapa kelehaman di atas, apabila dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dapat diperkecil, misalnya penyediaan sarana/ fasilitas yang digunakan untuk mendemonstrasikan materi pelajaran. Agar tidak kurang atau tidak lengkap, maka jauh sebelum melaksanakan demonstrasi harus dilengkapi, sehingga jalannya metode demonstrasi dapat lancar dan sukses.
Dengan memperhatikan beberapa kelebihan atau kekurangan metode demonstrasi dapatlah disimpulkan bahwa sekalipun metode tersebut dapat dilaksanakan secara mudah, namun harus dibantu dengan metode-metode lian, sehingga kekurangan-kekurangan yang ada dapat diatasi dengan metode-metode lain yang relevan dan dapat mendukung.
4. Pemahaman Siswa dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya
Pemahaman pada dasarnya adalah upaya seseorang untuk melakukan sesuatu. Pemahaman itu diperoleh karena pada mulanya pemahaman itu belum ada, maka terjadilah proses perubahan, dan perubahan itu terjadi pada jangka waktu tertentu. Adanya perubahan pada pola perilaku menandakan telah adanya pemahaman/ pengetahuan seseorang. Semakin banyak pemahaman/ pengetahuan yang diperoleh, semakin banyak pula perubahan yang terjadi.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi belajar siswa yang harus diperhatikan untuk dapat mencapai pemahaman/ pengetahuan yang optimal. Faktor-faktor tersebut adalah faktor internal ( yang berasal dari dalam diri anak) dan eksternal (dari luar diri anak).
a.Faktor Internal
Keberhasilan seorang anak dalam mencapai suatu pengetahuan/ pemahaman yang baik tergantung kepada diri anak itu sendiri. Seperti yang dikemukakan oleh Bimo Walgito ”Faktor individu adalah merupakan faktor yang sangat penting, anak jadi belajar atau tidak tergantung kepada anak itu sendiri”.22
Ada dua aspek yang dapat dilihat dalam faktor internal (yang berasal dari dalam diri anak) yaitu :
1. Aspek Fisik
Aspek fisik adalah aspek yang bersifat jasmaniah, dimana kondisi jasmani dan tonus (tegangan otot) menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Keadaan kesehatan jasmani turut menentukan keberhasilan belajar. Maka kesehatan harus senantiasa terjaga, dalam hal ini pemenuhan kebutuhan tubuh berupa makanan yang sehat juga harus mendapat perhatian agar dapat mendukung terbentuknya kesehatan yang baik. Terutama kesehatan panca indra, maka bagi anak didik pemeliharaan kesehatan panca indra ini penting, karena apabila mengalami suatu kesehatan atau sakit misalnya, maka dapat mengganggu kegiatan belajarnya.
Kondisi organ tubuh yang lemah, apalagi disertai pusing-pusing kepala misalnya dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang dipelajarinya pun kurang atau tidak berbekas. Tentu saja hal ini dengan tidak mengabaikan kesehatan tubuh secara umum. Sumardi Suryabrata mengatakan, ”Orang mengenal dunia sekitarnya dan belajar dengan mempergunakan panca indranya. Baiknya fungsi panca indranya merupakan syarat dapatnya belajar itu berlangsung dengan baik”.23
Untuk itu sangat penting usaha menjaga kesehatan tubuh sehingga dapat belajar dengan baik dan mudah memperoleh pemahaman tentang materi apa yang telah disampaikan.
2. Aspek Fisikis
Aspek fisikis adalah kondisi rohaniah siswa dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran. Namun, di antara faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umumnya dipandang lebih esensial adalah: tingkat kecerdasan/ inteligensi, sikap, bakat, minat dan motivasi.
faktor eksternal ini dapat juga dikatakan sebagai faktor yang berasal dari lingkungan yang turut mempengaruhi belajar siswa. Abu Ahmadi mengemukakan bahwa ”Lingkungan dalam pengertian umum, berarti situasi di sekitar kita, lapangan pendidikan, arti lingkungan itu luas sekali, yaitu segala sesuatu yang berada di luar diri anak, dalam alam semesta ini.”24
Dari definisi di atas, dapat dipahami bahwa lingkungan dalam hal ini luas sekali, termasuk di dalamnya berupa benda-benda, orang-orang, keadaan atau peristiwa-peristiwa yang ada di sekitar anak, bahkan mempengaruhi keberhasilan belajar siswa.
Di sampin lingkungan itu memberikan pengaruh dan dorongan, juga merupakan arena yang memberikan kesempatan potensi-potensi yang ada dalam diri yang merupakan pembawaan sejak lahir pada seseorang anak untuk dapat berkembang.
Selain faktor yang telah disebutkan di atas, guru sebagai salah satu komponen dalam proses belajar mengajar juga memegang peranan penting dalam meningkatkan pemahaman belajar siswa. Oleh karena itu guru harus dapat berperan secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional, sesuai dengan tuntunan masyarakat yang semakin berkembang. Dalam arti khusus dapat dikatakan bahwa pada setiap diri guru terletak tanggung jawab untuk membawa para siswanya pada suatu kematangan dan taraf kematangan tertentu yang dicita-citakan.
Berbagai tanggung jawab besar yang harus dijadikan oleh Islam sebagai amanat yang harus dipikul oleh para orang tua dan pendidik adalah penyadaran berpikir anak sejak masa kanak-kanak hingga ia mencapai masa dewasa dan kematangan.25
Dari penjealasan dia tas dapat dipahami bahwa tugas guru sebagai pemimpin pendidik anak,harus dapat memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani anak didik dalam pertumbuhannya dan membentuk moral dan berkepribadian baik, seingga mereka kelak berguna bagi agama, nusa dan bangsa. Dengan demikian seorang guru mempunyai pengaruh yang besar terhadap prestasi anak didik pada khususnya, serta terhadap perkembagnan pendidiakn pada umumnya.
Begitu besarnya peranan dan tanggung jawab guru dalam mendidik anak agar menjadi manusia yang berguna sehingga kedudukannya ditempatkan pada tempat yang mulia. Ilmu yang diajarkan dan diamalkannya merupakan amal yang tidak terputus. Sabda Rasulullah SAW :
Artinya :
Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah SAW bersabda : Apabila anak adam (manusia) itu meninggal dunia maka terputuslah segala amalnya kecuali tiga yaitu: shadaqah Jariyah, Ilmu yang bermanfaat dan anak yang shalih yang mendo’akannya (Hadits Riwayat Muslim).26
Dari penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa faktor dari dalam diri siswa dan lingkungan di luar diri siswa termasuk kemampuan guru dalam mengajar dan memberikan bimbingan merupakan faktor-faktor yang turut mempengaruhi keberhasilan siswa dalam memahi pelajaran.
Faktor eksternal yang mempengaruhi belajar siswa adalah lingkungan yang mencakup lingkungan sosial dan non sosial. Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, staf administrasi dan teman-teman sekelas, dapat mempengaruhi semangat belajar seseorang siswa. Para guru yang selalu menunjukkan sikap dan perilaku yang simpatik dan memperlihatkan suri teladan yang baik dan rajin khususnya, dalam hal belajar, misalnya rajin membaca dan berdiskusi, dapat menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan belajar siswa.
Dan yang termasuk dalam lingkungan sosial siswa tersebut adalah masyarakat dan tetangga juga teman-teman sepermainan disekitar perkampungan siswa tersebut. Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar siswa adalah orangtua dan anggota keluarga siswa tersebut. Sifat-sifat orang tua dan praktik-praktik yang dilakukan orang tua terhadap anaknya akan mempengaruhi tingkat belajar mereka.
Sedangkan lingkungan non sosial ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan siswa.
Setiap orang yang berbuat dan bertindak dengan sadar, seperti seorang pendidik, tentu menggunakan metode atau cara tertentu untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Oleh karena itu, berhasil atau tidak suatu perbuatan banyak bergantung kepada metode yang digunakan. Untuk dapat menggunakan metode yang baik, seorang pendidik harus mempunyai pengetahuan tentang metode yang akan diajarkan, apakah metode tersebut sesuai atau tidak, kemudian apakah kelemahan dan kelebihan metode tersebut, dan apakah tujuan pembelajaran dapat tercapai apabila memilih metode tersebut?
Selain harus menguasai materi, seorang pendidik juga harus dapat menempatkan metode sesuai dengan materi pelajaran agar maksud dan tujuan tercapai. Untuk itu seorang pendidik dituntut untuk dapat menggunakan metode yang tepat agar dapat memberikan pemahaman serta pengalaman bagi anak didik. Metode demonstrasi merupakan salah satu cara penyampaian materi atau bahan ajar yang dilakukan oleh guru kepada siswa agar siswa dapat bersemangat dan konsentrasi dalam memahami materi pelajaran yang disampaikan oleh guru.
Metode demonstrasi sangat banyak digunakan dalam menyampaikan materi pelajaran agama, siswa akan susah untuk dapat memahami pelajaran apabila metode yang digunakan tidak sesuai dengan materi pelajaran yang disampaikan, dengan demikian guru harus menggunakan metode demonstrasi dalam menyampaikan materi pelajaran yang perlu menampilkan gerakan atau penampilan fisik dan benda, guna dapat memberikan pemahaman dan perhatian siswa dalam mengikuti pelajaran yang sedang berlangsung.
Berdasarkan telaah pustaka yang dilakukan, berikut ini dikemukakan beberapa penelitian yang ada kaitannya dengan variabel-variabel penelitian yang dilakukan :
1. Pengaruh Metode Demonstrasi dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa pada Bidang Studi Fiqih (Materi : Fardhu Kifayah) di Kelas I MTs Al- Washliyah Kedaisianam Kecamatan Lima Puluh. Skripsi oleh Siti Zuwiyah. Kesimpulan yang dapat ditarik dari skripsi ini adalah bahwa penggunaan metode demonstrasi dalam materi fardhu kifayah berpengaruh tinggi terhadap motivasi siswa MTs Al- Washliyah dalam mempelajari materi tersebut.
2. Metode Demonstrasi dan Pengaruhnya terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Bidang Studi Agama di SMU Budisatrya Medan. Skripsi oleh Maimunah. Kesimpulan yang dapat ditarik dari skripsi ini adalah bahwa penggunaan metode demonstrasi pada bidang studi agama di SMU Budisatrya Medan dapat dikatakan masih kurang, hal ini dapat diketahui dari pelaksanaan kegiatan belajar pada bidang studi agama, metode demonstrasi dilaksanakan sekali-sekali saja.
3. Pengaruh Metode Demonstrasi terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Bidang Studi Agama di SMP Negeri 1 Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang. Skripsi oleh Endang Suriati. Kesimpulan yang dapat ditarik dari skripsi ini adalah bahwa tidak ada pengaruh metode demonstrasi dengan prestasi belajar siswa dalam bidang studi agama Islam di SMP Negeri 1 Pancur Batu Kecamatan Deli Serdang.
4. Penggunaan Metode Demonstrasi dalam Pemantapan Pelaksanaan Ibadah Sholat pada Siswa Kelas II Madrasyah Diniyah Awaliyah Diinul Hasanah Stabat Langkat. Skripsi oleh Nurghaniah. Kesimpulan yang dapat ditarik dari skripsi ini adalah bahwa pelaksanaan metode demonstrasi di Madrasyah Diniyah Awaliyah Diinul Hasanah Stabat Langkat, khususnya kelas II ditempuh 6 tahap, yaitu : menentukan materi yang akan didemonstrasikan, menjelaskan materi sebelum didemonstrasikan, menyediakan peralatan sesuai dengan materi yang akan didemonstrasikan, diawali oleh guru untuk mendemonstrasikan di depan murid, kemudian menyuruh murid melakukannya dan menyuruh murid mengulang apa yang sudah dimonstrasikan tersebut.
D. Hipotesis
Hipotesa merupakan jawaban sementara terhadap suatu masalah yang diteliti seperti yang dikemukakan oleh Sutrisno Hadi, “Hipotesa dapat juga dipandang sebagai konklusi yang sifatnya sementara”.26
Adapun hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini adalah pelaksanaan metode demonstrasi berhubungan positif terhadap pemahaman siswa pada materi pelajaran agama di Pondok Pesantren Al- Anshor Manunggang Julu Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara.
METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sample
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru di pondok Pesanteren Al-Ansor Manunggang Julu Padangsidimpuan. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan terdapat jumlah populasi sebanyak 40 orang.
2. Sampel
Untuk menentukan besarnya sampel dalam penelitian ini maka peneliti menggunakan rumus Suharsimi Arikunto. Suharsimi mengambil sampel apabila populasi dibawah 100 maka diambil semua jadi sampel, namun apabila populasi lebih dari 100 maka sampelnya 10-15 % atau 20-25 %. Maka yang menjadi sampel dari penelitian ini semua populasi yaitu 40 orang.
Defenisi oprerasional kedua variabel dalam penelitian ini adalah :
1. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode mengajar yang dilakukan oleh pendidik/ guru dengan cara memperagakan materi pelajaran yang diajarkan di depan para siswa dengan menggunakan alat atau benda yang mendukung bagaimana sesuatu itu bisa dilakukan dengan baik dan tepat serta diharpakan setelah diadakah metode demonstrasi ini siswa mudah paham dan dapat memperagakannya setelah proses pembelajaran selesai dalam kehidupannya sehari-hari.
2. Pemahaman Siswa
Yang dimaksud dengan pemahaman siswa adalah suatu tingkah laku
Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah kuesioner yang disusun menurut pola skala Likert dengan 4 alternatif jawaban yaitu : Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju (TS), Setuju (S), dan Sangat Setuju (SS). Untuk butir pertanyaan yang positif, jawaban Sangat Tidak Setuju diberi skor 1, Tidak Setuju diberi skor 2, Setuju diberi skor 3, Sangat Setuju diberi skor 4.
Untuk butir pertanyaan yang negatif, jawaban sangat tidak setuju diberi skor 4, tidak setuju diberi skor 3, setuju diberi skor 2, sangat setuju diberi skor 1.
Pengumpulan data dilakukan pada juni (misal) 2009 di Pondok Pesanteren Al-Ansor Manunggang Julu Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara. Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut : pertama-tama sekali diurus surat izin melakukan penelitian ke Pondok Pesanteren Al-Ansor Manunggang Julu Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara. Setelah memperoleh surat izin tersebut, peneliti langsung menghubungi para guru yang dijadikan sampel penelitian. Penulis menemui respon secara langsung dan menyerahkan instrumen untuk diisi.
Dalam rangka menghimpun data dari data yang sudah ditentukan di atas dilakukan dengan :
1. Observasi merupakan metode melalui pengamatan langsung dilapangan. Pengamatan langsung kepada objek penelitian yaitu Pondok Pesanteren Al-Ansor Manunggang Julu Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara
2. Interview yaitu mengadakan seperangkat wawancara dengan melakukan tanya jawab dengan pihak yang berwewenang memberikan informasi tentang penelitian ini.
3. Angket, yaitu menyebar sejumlah pertanyaan tertulis dengan berbagai alternatif jawaban.
Metode yang digunakan dalam Metode penelitian ini adalah Metode Uji regresi sederhana, yaitu metode yang dapat mengukur hubungan antara variabel yang saling berhubungan, dan untuk mengetahui seberapa besar hubungan metode demonstrasi sebagai variabel bebas (X) terhadap pemahaman siswa sebagai variabel terikat (Y).
DAFTAR PUSTAKA
Alipandie Imansyah, Didaktik Metodik, Surabaya: Usaha Nasional, , 1984
Arifin H Muzayyin , Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bina Aksara, 1987.
Arifin H. Muzayyin, Kapita Selekta Umum dan Agama, Semarang: Toha Putra, 1987.
Et-al Zuhairini , Metodik Khusus Pendidikan Agama, Surabaya: Usaha Nasional, 1983.
Gunawan Adi, Kamus Praktis Ilmiah Populer, Surabaya: Kartika, Tt.
Hadi Strisno, Metodologi Researh Jilid I, Yogyakarta: And offset, 1993.
Halimah Siti, Diktat Strategi Belajar Mengajar, Medan: Fakultas Tarbiyah, 2005.
Hurrahman Fat, Metode Demonstrasi dan Eksperimen, 2008, http://udhiexz.wordpress.com/2008/08/08/metode-demonstrasi-dan-eksperimen/
N.K Rostiyah, Didaktik Metodik, Jakarta: Bina Aksara, 1989, Cet iii.
N.K Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Bina Aksara, 1990, Cet iii.
Poerwardaminta W. J. S, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1986.
Poerbakawatja Soegarda, Ensiklopedi Pendidikan, Jakarta: Gunung Agung, 1989.
Sabri H. Ahmad, Strategi belajar mengajar & micro teaching, ciputat press: Quantum Teaching, 2007, Cet ii.
Sumardi Mulyanto, Pengajaran Bahasa Asing,
Suryabrata Sumardi, Psikologi Pendidikan,
Team Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya, Pengantar Didaktik Metodik kurikulum PBM,
Walgito Bimo, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah,
Zain A, Djaramah S. B, Strategi belajar Mengajar, Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, 1996
1 Zuhairini. Et-al, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (
2 H. Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Bina Aksara, 1987),, hlm. 97.
3 W. J. S. Poerwardaminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1986), hlm. 649
4 Adi Gunawan, Kamus Praktis Ilmiah Populer, (Surabaya : Kartika, Tt), hlm. 319
5 Soegarda Poerbakawatja, Ensiklopedi Pendidikan, (Jakarta : Gunung Agung, 989), hlm. 213
6 Mulyanto Sumardi, Pengajaran Bahasa Asing, (Jakarta : Bulan Bintang, 1997), hlm. 12
7 H. Muzayyin Arifin, Kapita Selekta Umum dan Agama, (Semarang : Toha Putra, 1987), hlm. 90
8 Siti Halimah, Diktat Strategi Belajar Mengajar, (Medan : Fakultas Tarbiyah, 2005), hlm. 39
9 H. Ahmad Sabri, M.Pd, Strategi belajar mengajar & micro teaching, ciputat press , Quantum Teaching cet II, 2007, hlm 49
10 ibid. hlm. 49
[11] Imansyah Alipandie, Didaktik Metodik, (Surabaya : Usaha Nasional, 1984), hlm. 86
12 H. Ahmad Sabri, M.Pd, Strategi belajar mengajar & micro teaching, ciputat prss , (Quantum Teaching cet II, 2007), hlm. 49
13 Rostiyah N.K, Didaktik Metodik, (Jakarta, Bina Aksara, cet III, 1989), hlm. 76
14 Djaramah, S. B, Zain, A. Strategi belajar Mengajar, (Jakarta : Penerbit Rineka Cipta, 1996), hlm. 102
15 Fat Hurrahman, Metode Demonstrasi dan Eksperimen, 2008, http://udhiexz.wordpress.com/2008/08/08/metode-demonstrasi-dan-eksperimen
16 Siti Halimah, Diktat Strategi Belajar Mengajar, (Medan : Fakultas Tarbiyah, 2005), hlm. 55
17 Roestiyah. N.K, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : Bina Aksara cet iii, 1990), hlm. 83
18 Imansyah Alipandie, Didaktik Metodik, (Surabaya : Usaha Nasional, 1984), hlm. 86
19 Halimah, Diktat Strategi Belajar Mengajar, (Medan : Fakultas Tarbiyah, 2005), hlm. 75
20 Team Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya, Pengantar Didaktik Metodik kurikulum PBM, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada), cet V, 1993, hlm. 54
21 Fat Hurrahman, Metode Demonstrasi dan Eksperimen, 2008, http://udhiexz.wordpress.com/2008/08/08/metode-demonstrasi-dan-eksperimen/
22 Bimo Walgito, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Yogyakarta : Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM, 1982), hlm. 120
23 Sumardi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Rajawali Press, 1991), hlm. 320
24 Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), hlm. 64
25 Abdullah Nashih ’Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, (Bandung: Asy-Syifa, 1990), hlm. 310
26 Mushlich Shabir, Op.ci
26 Strisno Hadi, Metodologi Researh Jilid I, (Yogyakarta : And offset, 1993), hlm. 63
komentar saya sangat singkat atas penelitian Anda,
BalasHapusjustru Al-Anshor lah yg membuat Anda bisa berkwalitas seperti ini...Saya bangga menjadi bagian dari Keluarga pesantren tersebut,dengan pernyataan anda diatas memang ada benarnya,akn tetapi byk alumnus dari ponpes tersebut yang berkwalitas,tidak kalah dengan sekolah-sekolah internasional sekali pun...perlu anda ketahui satu hal...kami membangun ponpes itu penuh dengan perjuangan dan air mata...Anda bisa bicara seperti itu,karena anda hanya cuma bisa menikmati fasilast yg sudah ada walaupun masih dari kategori standar kakak2 angkatan Anda lebih mengerti keadaan sekolah tersebut...dan menurut kami semua tenaga pengajar di Al-Anshor cukup berpotensi,sebagai bukti banyak alumnus nya yang berprestasi..termasuk anda sendiri...thanks....