Pertumbuhan dan perkembangan ummat muslim ditandai oleh dua fase utama yaitu: periode Makkah, yaitu sebelum hijrah (622 M), dan periode Madinah, yaitu sesudah hijrah. Pada dasarnya, wahyu ilahi dalam batas-batas tertentu merupakan tanggapan atas keadaan khussus (yang dihadapi pada setiap periode tersebut).
1. Periode Makkah
Masa turunnya wahyu di Makkah berlangsung selama 13 tahun, yaitu sejak turunnya wahyu pertama kali hingga berlangsung hijrah. Fase ini ditentukan oleh tugas utama rasul, yaitu mengajak ummat manusia agar bersedia memeluk agama Islam. Karena itu tema-tema pokok dari wahyu Ilahi pada masa tersebut adalah dalam hall
- Allah dank e Esaan-Nya (Tauhid)
- Tentang datangnya hari kiamat
- Ajakan agar manusia mau berbuat baik
Peranan Rasul SAW pada periode tersebut lebih mononjol sebagai penyampaian dan pemberi peringatan bagi seluruh manusia.
2. Periode Madinah
Fase madinah berlangsung selama 10 tahun, yaitu sejak hijrah hingga wafatnya Rasul SAW. Sementara tema-tema makkah masih tetap ada, tetapi sementara itu bersamaan dengan tumbuhnya masyarakat muslim kedalam ummat yang satu, sehingga akhirnya muncul tema-tema baru. Padaperiode madinah ada empat tema yang menonjol yaitu:
- Tentang orang yang berhijrah (Muhajrin), yaitu mereka yang pindah dar makkah menuju madinah.
- Tentang kaum penolong (anshor), yaitu penduduk asli madinah yang menolong para muhajirin dari Makkah.
- Tentang kaum munafikun, yaitu penduduk Madinah yang pura-pura membantu ummat Islam.
- Tentang ahli kitab, yaitu kaum Nasrani dan Yahudi bersama kitab suci pegangan mereka.
Sebagai tambahan, wahyu al-Qur’an yang turun pada masa itu juga tetap menyeru manusia (an-nas), dan masih merujuk orang-orang yang tidak beriman (kafir) dan bodoh (jahiliyah).
A. Pengertian Makkah dan Madinah
Para ulama-ulama melakukan penelitian tentang surat Kakky dan Madany, mereka meneliti ayat-ayat demi ayat al-Qur’an itu. Surat dan susunan dicocokan dengan turunnya. Dalam hal ini yang diperhatikan orang ialah masalah tempat, masa turun, cara mengucapkannya, dan tempat pembicaraan.
Memperhatikan tempat turunnya.
Yang dinamakan Makkiyah adalah ayat yang diturunkan di Makkah dan sekitarnya, seperti: Uhud, Quba, Yastrib. Dan yang dinamakan Madaniyah adalah ayat yang diturunkan di Madinah dan sekitarnya.
Berdasarkan pendapat ini, maka ada ayat yang diturunkan dalam perjalanan, seperti di Tabuk, Baitl Muqdis, tidak termasuk bagian yang dua di atas (Makky dan Madany). Ia tidak dinamakan ayat Makky dan tidak pula dinamakan ayat Madany, begitu pula apa yang diturunkan di Makkah sesudah hijrah dinamakan ayat Makkiyah.
Memperhatikan masa turunnya.
Yang dinamakan makkiyah ayat yang diturunkan sebelum hijrah, walaupun turunnya itu tidak di Makkah, dan madaniyah adalah ayat yang dirutunkan sesudah hijrah, walaupun turunnya itu di Makkah atau “Arafah”. Yang dinamakan Madany, umpamanya ayat yang diturunkan pada waktu fathul Makkah, atau pada waktu Rasul SAW melakukan haji wada’. Ini adalah pendapat yang terkuat dari kedua yang di atas.
Memperhatikan mukhotob (lawan bicara)
Yang dinamakan makkiyah adalah bila yang diajak bicara Rasul adalah orang Makkah yang ditandai dengan “yaa ayyuhannas”, bila yang dilawan bicara adalah orang Madinah, maka disebut Madany yang ditandai dengan “yaa ayyuhalladzina amunu”. Tetapi ketentuan ini tidak berlaku selama-lamanya, karena dalam surat al-baqaroh dan an- nisa ternyata keduanya madaniyah, karena pada keduanya terdapat “yaa ayyuhannas”.
Memperhatikan tema pembicaraan (Maudhu)
Dari sisi tema pembicaraan (maudhu) para ulama telah merumuskannya dalam cirri-ciri spesifik Makkiyah dan Madaniyah sebagaimana uraian berikut.
Ciri-Ciri Spesifik Ayat Makky dan Madany
Ciri khas dan kepastian Makky.
Untuk mengetahui bagaimana cirri khas dan kepastian ayat Makkiyah itu dapat dibagikan kepada dua macam, yaitu:
1. Dhaabit atau kepastiannya.
- Setiap surat yang mempunyai sejadah.
- Setiap surat yang memuat kata “Kalla”
- Setiap surat yang memuat kisah para Nabi dan ummat yang lalu.
- Setiap surat yang memuat “yaa ayyuhannas”.
- Setiap surat yang dimulai dengan huruf hijaiyah, seperti: alif laam miin, aliif laam raa, haa miim, selain dalam surat al-Baqarah dan Ali Imran.
2. Ciri khasnya.
- Mendakwahkan tauhid, ibadah kepada Allah, memuat hari kiama, surge, neraka, diskusi menghadapi orang-orang musyrik.
- Mencela amal-amal orang-orang musyrik, seperti: menumpahkan darah, memakan harta anak yatim, dan mengubur anak perempuan hidup-hidup.
- Lafalnya kuat/keras, tidak singkat batas-batas ayatnya, dan kalimatnya ijaaz (singkat-singkat).
- Banyak mengemukakan kisah-kisah para nabi mendustakan kaum mereka, untuk jadi perbandingan dan mengertak, dan menghibur Rasul SAW.
Cirri khas dan kepastian madany
Untuk mengetahui bagaimana cirri khas dan kepastian ayat madany itu dapat dibagikan kepada dua macam:
1. Dhabit atau memastikannya
- Setiap surat hukum fardhu atau had
- Setiap surat yang memuat orang munafik
- Setiap surat yang menerangkan diskusi dengan ahli kitab.
- Setiap surat yang dimulai dengan “Yaa ayyuhalladzina amanu”.
2. Cirri khasnya
- Yang menerangkan, ibadah, mu’amalah, hadad, jihad, damai, perang, peraturan keluarga, kaidah-kaidah hukum, dan sarana-sarana syari’at.
- Melawan bicara ahli kitab dan megnajak mereka agar masuk Islam.
- Membukakan rahasia orang tua munafik dan rencana mereka, untuk memasukkan agama Islam.
Cara Mengetahui Ayat Makky dan Madany
Untuk mengetahui mana ayat yang makky dan mana yang madaniyah terdapat dua cara, yaitu:
1. Jalur sama’iy, yaitu yang disandarkan pada
- Rasul SAW, sahabat yang shahih, atau
- Tabi’in yang hidup pada waktu ayat tersebut diturunkan dan menerimanya dari sahabat beliau dan mereka mendengarkan cara turunnya, pendirian dan peristiwanya. Disamping mereka tidak meriwayatkan dan beliau sedikitpun dan tidak termasuk yang wajib atas ummat Islam.
2. Jalur kias yang berbentuk ijtihad.
Ditentukan berdasarkan kekhususan makkad dan kekhususan madinah. Bila menemukan dalam makkiyah yang ayat mengandung kekhususan madinah atau sesuatu yang berkaitan dengannya, mereka mengatakan bahwa ayat itu Madaniyah. Dan bila ditemukan dalam ayat makkiyah yang mengandung kekhususan makkah atau suatu dari peristiwa makkah, maka mereka mengatakan bahwa ayat itu adalah makkiyah. Dan bila ayat itu dimulai dengan “yaa ayyuhannas”.
Klasifikasi Ayat dan Surat Al-Baqarah
Menurut edisi standar mesir, 86 surat termasuk dalam periode Makkah, sedangkan 28 serat lainnya berasal dari periode Madinah. Dasar determinasi kronologi ini adalah permulaan surat. Dalam pandangan sarjana muslim langkah utama untuk mengklasifikasikan bagian ayat-ayat al-Quran adalah hadits dan pernyataan-pernyataan para mufassir mutaakhirin. Meskipun nampaknya member perhatian kepada bukti-bukti internal, sarjana muslim yang mula-mula jarang menggunakannya secara eksplisit dalam argumentasinya.
Kegunaan Mengetahui Ayat Makky dan Madany
Adapun kegunaan mengetahui ayat Makky dan Madany, yaitu:
- Membedakan ayat yang nasikh dan mansukh
- Mengetahui sejarah persyariatan yang berangsur-angsur
- Penolong dalam menafsirkan al-Quran dan memahami pengertiannya.
- Menghayati susunan ayat-ayat al-Quran dan menirunya dalam menyampaikan dakwah
- Berdiri menurut sejarah kenabian yang terdapat dalam celah-celah ayat-ayat al-Quran
REFERENSI
Ahmad von Denfter, Ilmu al-Qur’an Pengetahuan Dasar, (Rajawali Pers: Jakarta, 1988)
Kahar Mashur, Pokok-pokok Ulumul Qur’an, (PT. Rineka Cipta: Jakarta, 1992)
Mana’ul Quthan, Pembahasan Ilmu Al-Qur’an, (PT. Rineka Cipta: Jakarta, 1993)
1. Periode Makkah
Masa turunnya wahyu di Makkah berlangsung selama 13 tahun, yaitu sejak turunnya wahyu pertama kali hingga berlangsung hijrah. Fase ini ditentukan oleh tugas utama rasul, yaitu mengajak ummat manusia agar bersedia memeluk agama Islam. Karena itu tema-tema pokok dari wahyu Ilahi pada masa tersebut adalah dalam hall
- Allah dank e Esaan-Nya (Tauhid)
- Tentang datangnya hari kiamat
- Ajakan agar manusia mau berbuat baik
Peranan Rasul SAW pada periode tersebut lebih mononjol sebagai penyampaian dan pemberi peringatan bagi seluruh manusia.
2. Periode Madinah
Fase madinah berlangsung selama 10 tahun, yaitu sejak hijrah hingga wafatnya Rasul SAW. Sementara tema-tema makkah masih tetap ada, tetapi sementara itu bersamaan dengan tumbuhnya masyarakat muslim kedalam ummat yang satu, sehingga akhirnya muncul tema-tema baru. Padaperiode madinah ada empat tema yang menonjol yaitu:
- Tentang orang yang berhijrah (Muhajrin), yaitu mereka yang pindah dar makkah menuju madinah.
- Tentang kaum penolong (anshor), yaitu penduduk asli madinah yang menolong para muhajirin dari Makkah.
- Tentang kaum munafikun, yaitu penduduk Madinah yang pura-pura membantu ummat Islam.
- Tentang ahli kitab, yaitu kaum Nasrani dan Yahudi bersama kitab suci pegangan mereka.
Sebagai tambahan, wahyu al-Qur’an yang turun pada masa itu juga tetap menyeru manusia (an-nas), dan masih merujuk orang-orang yang tidak beriman (kafir) dan bodoh (jahiliyah).
A. Pengertian Makkah dan Madinah
Para ulama-ulama melakukan penelitian tentang surat Kakky dan Madany, mereka meneliti ayat-ayat demi ayat al-Qur’an itu. Surat dan susunan dicocokan dengan turunnya. Dalam hal ini yang diperhatikan orang ialah masalah tempat, masa turun, cara mengucapkannya, dan tempat pembicaraan.
Memperhatikan tempat turunnya.
Yang dinamakan Makkiyah adalah ayat yang diturunkan di Makkah dan sekitarnya, seperti: Uhud, Quba, Yastrib. Dan yang dinamakan Madaniyah adalah ayat yang diturunkan di Madinah dan sekitarnya.
Berdasarkan pendapat ini, maka ada ayat yang diturunkan dalam perjalanan, seperti di Tabuk, Baitl Muqdis, tidak termasuk bagian yang dua di atas (Makky dan Madany). Ia tidak dinamakan ayat Makky dan tidak pula dinamakan ayat Madany, begitu pula apa yang diturunkan di Makkah sesudah hijrah dinamakan ayat Makkiyah.
Memperhatikan masa turunnya.
Yang dinamakan makkiyah ayat yang diturunkan sebelum hijrah, walaupun turunnya itu tidak di Makkah, dan madaniyah adalah ayat yang dirutunkan sesudah hijrah, walaupun turunnya itu di Makkah atau “Arafah”. Yang dinamakan Madany, umpamanya ayat yang diturunkan pada waktu fathul Makkah, atau pada waktu Rasul SAW melakukan haji wada’. Ini adalah pendapat yang terkuat dari kedua yang di atas.
Memperhatikan mukhotob (lawan bicara)
Yang dinamakan makkiyah adalah bila yang diajak bicara Rasul adalah orang Makkah yang ditandai dengan “yaa ayyuhannas”, bila yang dilawan bicara adalah orang Madinah, maka disebut Madany yang ditandai dengan “yaa ayyuhalladzina amunu”. Tetapi ketentuan ini tidak berlaku selama-lamanya, karena dalam surat al-baqaroh dan an- nisa ternyata keduanya madaniyah, karena pada keduanya terdapat “yaa ayyuhannas”.
Memperhatikan tema pembicaraan (Maudhu)
Dari sisi tema pembicaraan (maudhu) para ulama telah merumuskannya dalam cirri-ciri spesifik Makkiyah dan Madaniyah sebagaimana uraian berikut.
Ciri-Ciri Spesifik Ayat Makky dan Madany
Ciri khas dan kepastian Makky.
Untuk mengetahui bagaimana cirri khas dan kepastian ayat Makkiyah itu dapat dibagikan kepada dua macam, yaitu:
1. Dhaabit atau kepastiannya.
- Setiap surat yang mempunyai sejadah.
- Setiap surat yang memuat kata “Kalla”
- Setiap surat yang memuat kisah para Nabi dan ummat yang lalu.
- Setiap surat yang memuat “yaa ayyuhannas”.
- Setiap surat yang dimulai dengan huruf hijaiyah, seperti: alif laam miin, aliif laam raa, haa miim, selain dalam surat al-Baqarah dan Ali Imran.
2. Ciri khasnya.
- Mendakwahkan tauhid, ibadah kepada Allah, memuat hari kiama, surge, neraka, diskusi menghadapi orang-orang musyrik.
- Mencela amal-amal orang-orang musyrik, seperti: menumpahkan darah, memakan harta anak yatim, dan mengubur anak perempuan hidup-hidup.
- Lafalnya kuat/keras, tidak singkat batas-batas ayatnya, dan kalimatnya ijaaz (singkat-singkat).
- Banyak mengemukakan kisah-kisah para nabi mendustakan kaum mereka, untuk jadi perbandingan dan mengertak, dan menghibur Rasul SAW.
Cirri khas dan kepastian madany
Untuk mengetahui bagaimana cirri khas dan kepastian ayat madany itu dapat dibagikan kepada dua macam:
1. Dhabit atau memastikannya
- Setiap surat hukum fardhu atau had
- Setiap surat yang memuat orang munafik
- Setiap surat yang menerangkan diskusi dengan ahli kitab.
- Setiap surat yang dimulai dengan “Yaa ayyuhalladzina amanu”.
2. Cirri khasnya
- Yang menerangkan, ibadah, mu’amalah, hadad, jihad, damai, perang, peraturan keluarga, kaidah-kaidah hukum, dan sarana-sarana syari’at.
- Melawan bicara ahli kitab dan megnajak mereka agar masuk Islam.
- Membukakan rahasia orang tua munafik dan rencana mereka, untuk memasukkan agama Islam.
Cara Mengetahui Ayat Makky dan Madany
Untuk mengetahui mana ayat yang makky dan mana yang madaniyah terdapat dua cara, yaitu:
1. Jalur sama’iy, yaitu yang disandarkan pada
- Rasul SAW, sahabat yang shahih, atau
- Tabi’in yang hidup pada waktu ayat tersebut diturunkan dan menerimanya dari sahabat beliau dan mereka mendengarkan cara turunnya, pendirian dan peristiwanya. Disamping mereka tidak meriwayatkan dan beliau sedikitpun dan tidak termasuk yang wajib atas ummat Islam.
2. Jalur kias yang berbentuk ijtihad.
Ditentukan berdasarkan kekhususan makkad dan kekhususan madinah. Bila menemukan dalam makkiyah yang ayat mengandung kekhususan madinah atau sesuatu yang berkaitan dengannya, mereka mengatakan bahwa ayat itu Madaniyah. Dan bila ditemukan dalam ayat makkiyah yang mengandung kekhususan makkah atau suatu dari peristiwa makkah, maka mereka mengatakan bahwa ayat itu adalah makkiyah. Dan bila ayat itu dimulai dengan “yaa ayyuhannas”.
Klasifikasi Ayat dan Surat Al-Baqarah
Menurut edisi standar mesir, 86 surat termasuk dalam periode Makkah, sedangkan 28 serat lainnya berasal dari periode Madinah. Dasar determinasi kronologi ini adalah permulaan surat. Dalam pandangan sarjana muslim langkah utama untuk mengklasifikasikan bagian ayat-ayat al-Quran adalah hadits dan pernyataan-pernyataan para mufassir mutaakhirin. Meskipun nampaknya member perhatian kepada bukti-bukti internal, sarjana muslim yang mula-mula jarang menggunakannya secara eksplisit dalam argumentasinya.
Kegunaan Mengetahui Ayat Makky dan Madany
Adapun kegunaan mengetahui ayat Makky dan Madany, yaitu:
- Membedakan ayat yang nasikh dan mansukh
- Mengetahui sejarah persyariatan yang berangsur-angsur
- Penolong dalam menafsirkan al-Quran dan memahami pengertiannya.
- Menghayati susunan ayat-ayat al-Quran dan menirunya dalam menyampaikan dakwah
- Berdiri menurut sejarah kenabian yang terdapat dalam celah-celah ayat-ayat al-Quran
REFERENSI
Ahmad von Denfter, Ilmu al-Qur’an Pengetahuan Dasar, (Rajawali Pers: Jakarta, 1988)
Kahar Mashur, Pokok-pokok Ulumul Qur’an, (PT. Rineka Cipta: Jakarta, 1992)
Mana’ul Quthan, Pembahasan Ilmu Al-Qur’an, (PT. Rineka Cipta: Jakarta, 1993)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar